Kapal Gurita Aceh |
Jakarta, Waktu terus berlalu tidak terasa sudah belasan tahun tenggelamnya Kapal KMP Gurita di Sabang Aceh. Pemerintah Sabang sekarang sudah lupa memperingati kapal Gurita yang tenggelam ini. Tahun 2012 saja mereka sudah lupa.
Sejumlah warga Sabang mengaku kecewa karena Pemerintah Kota (Pemko) Sabang tak lagi menggelar kegiatan untuk mengenang peristiwa tenggelamnya Kapal Gurita, yang terjadi pada 19 Januari 1996. Menurut warga, peristiwa heroik itu perlu selalu dikenang sebagai salah satu sejarah Sabang.
Seharusnya Pemko Sabang mengenang peristiwa yang menelan korban sekira 200-an warga Sabang dan 200-an warga luar Sabang. Itu peristiwa bersejarah, jangan sampai generasi muda lupa kejadian itu.
Kapal yang kapasitasnya hanya untuk sekitar 210 orang, ternyata memuat 378 orang itu tenggelam dan hanya 40 penumpang saja yang selamat.
Dari jumlah penumpang 378 itu, 40 orang berhasil diselamatkan, 54 ditemukan tewas dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita yang tidak berhasildi angkat dari dasar laut.
Menurut data ada 282 orang warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 Warga Negara Asing, itupun diperparah dengan muatan barang yang mencapai 50 ton, meliputi 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, 15 ton tiang beton listrik, bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua.
Buat masyarakat Aceh, tentu sulit melupakan bencana yang terjadi pada 19 Januari 1996 itu. Kapal yang sehari-harinya melayani rute Banda Aceh-Sabang itu ketika berlayar di perairan Ujungsueke, Balohan, Sabang, dihantam ombak dan angin kencang. Akibatnya, pada malam hari menjelang Ramadhan (28 Syakban 1426 H), kapal Gurita tenggelam ke dasar laut pada kedalaman 385 meter.
Tanggal 19 Januari 1996, Jumat malam, jam 20:30 WIB adalah peristiwa yang sangat tragis karena kedua orang tuaku ikut serta kapal Gurita ini dan tenggelam serta hilang untuk selama-lamanya.
Syukur alhamdulilah, saya masih diberi umur panjang hingga sekarang karena selamat tidak jadi pulang ke Sabang dari Lhokseumawe hari itu. Saya sedang mengurus proposal praktek kerja lapangan ke Pertamina UP V Balikpapan. Beberapa hari ke depan rasanya saya harus menulis kembali dan riset data-data lama sebagai arsip dari berbagai surat khabar yang terbit saat itu.
Pada 19 Januari 2013, tepat sudah 17 tahun terjadi peristiwa tenggelamnya kapal KMP Gurita di teluk Balohan, Sabang, Aceh. Banyak suka dan duka yang terjadi. Semoga pengalaman buruk yang menorehkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh itu tak pernah terulang kembali.
Untuk mengenang 17 tahun tenggelamnya kapal KMP GURITA…marilah kita berdoa untuk semua korban kapal ini. Alfatifah (7 kali). Amin. [Aceh]
Sejumlah warga Sabang mengaku kecewa karena Pemerintah Kota (Pemko) Sabang tak lagi menggelar kegiatan untuk mengenang peristiwa tenggelamnya Kapal Gurita, yang terjadi pada 19 Januari 1996. Menurut warga, peristiwa heroik itu perlu selalu dikenang sebagai salah satu sejarah Sabang.
Seharusnya Pemko Sabang mengenang peristiwa yang menelan korban sekira 200-an warga Sabang dan 200-an warga luar Sabang. Itu peristiwa bersejarah, jangan sampai generasi muda lupa kejadian itu.
Kapal yang kapasitasnya hanya untuk sekitar 210 orang, ternyata memuat 378 orang itu tenggelam dan hanya 40 penumpang saja yang selamat.
Dari jumlah penumpang 378 itu, 40 orang berhasil diselamatkan, 54 ditemukan tewas dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita yang tidak berhasildi angkat dari dasar laut.
Menurut data ada 282 orang warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 Warga Negara Asing, itupun diperparah dengan muatan barang yang mencapai 50 ton, meliputi 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, 15 ton tiang beton listrik, bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua.
Buat masyarakat Aceh, tentu sulit melupakan bencana yang terjadi pada 19 Januari 1996 itu. Kapal yang sehari-harinya melayani rute Banda Aceh-Sabang itu ketika berlayar di perairan Ujungsueke, Balohan, Sabang, dihantam ombak dan angin kencang. Akibatnya, pada malam hari menjelang Ramadhan (28 Syakban 1426 H), kapal Gurita tenggelam ke dasar laut pada kedalaman 385 meter.
Tanggal 19 Januari 1996, Jumat malam, jam 20:30 WIB adalah peristiwa yang sangat tragis karena kedua orang tuaku ikut serta kapal Gurita ini dan tenggelam serta hilang untuk selama-lamanya.
Syukur alhamdulilah, saya masih diberi umur panjang hingga sekarang karena selamat tidak jadi pulang ke Sabang dari Lhokseumawe hari itu. Saya sedang mengurus proposal praktek kerja lapangan ke Pertamina UP V Balikpapan. Beberapa hari ke depan rasanya saya harus menulis kembali dan riset data-data lama sebagai arsip dari berbagai surat khabar yang terbit saat itu.
Pada 19 Januari 2013, tepat sudah 17 tahun terjadi peristiwa tenggelamnya kapal KMP Gurita di teluk Balohan, Sabang, Aceh. Banyak suka dan duka yang terjadi. Semoga pengalaman buruk yang menorehkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh itu tak pernah terulang kembali.
Untuk mengenang 17 tahun tenggelamnya kapal KMP GURITA…marilah kita berdoa untuk semua korban kapal ini. Alfatifah (7 kali). Amin. [Aceh]
0 komentar:
Post a Comment