Headlines News :
Home » , » Pejuang Kemerdekaan Aceh Yang "Tersingkir"

Pejuang Kemerdekaan Aceh Yang "Tersingkir"

Written By Unknown on Friday, November 9, 2012 | 8:56:00 PM

JAKARTA - Indonesia merdeka tentu bukan karena hasil pemberian penjajah. Tanah Air merdeka dengan perjuangan berdarah-darah. Banyak tokoh yang berperan dalam kemerdekaan. Ada yang namanya selalu dikenang tapi sengaja atau tidak ada juga yang tersingkirkan seperti Daud Beureu'eh
 
Teungku Muhammad Daud Beureu'eh, Lahir 17 September 1899, dengan nama asli Muhammad Daud di sebuah dusun kecil Beureu’eh di Aceh Pidie. Dia bukan dari kalangan bangsawan Aceh yang bergelar Teuku. Dia hanya seorang rakyat biasanya. Gelar Teungku di depan namanya menandakan dia termasuk salah seorang yang diperhitungkan sebagai ulama di masyarakat sekitarnya.

Selain Abu Jihad, orang-orang di sekitarnya biasa memangilnya dengan sebutan Abu Daud atau Abu Beureueh. Dialah sosok yang menjdi cikal bakal semua gerakan kemederkaan Aceh.

Pada zamannya, Daud Beureueh dikenal sebagai seorang ulama yang tegas dan keras pendiriannya. Dia tak segan-segan menjatuhkan vonis haram atau kafir bagi setiap orang yang telah melanggar aturan agama. Menurut beberapa catatan dan keterangan orang-orang yang dekat dengan Abu Daud, dia termasuk salah seorang yang buta huruf meski akhirya bisa juga baca dan tulis huruf latin.

Dia hanya bisa membaca aksara Arab. Tapi jangan ditanya soal kemampuannya dalam masalah agama dan siasat perang. Pendidikan yang dia jalani adalah pendidikan dari beberapa pesantren di daerahnya. Beberapa pesantren yang pernah menempa tokoh yang satu ini adalah Pesantren Titeue dan Pesantren Leumbeue.

Kedua pesantren itu terkenal sebagai “pabrik” yang melahirkan pribadi-pribadi dengan militansi tinggi di Bumi Serambi Makkah.

Abu Daud juga dikenal sebagai orator dan seorang dengan hati yang pemurah. Kepeduliannya pada pendidikan rakyat Aceh pun sangat tinggi. Kepedulian pada pendidikan itu pula yang membuatnya pada 1930 mendirikan Madrasah Sa’adah Adabiyah, di Sigli.

Sembilan tahun kemudian, Daud mendirikan organisasi ulama Aceh, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA). Organisasi ini menjadi motor perjuangan rakyat Aceh dalam melawan penjajah Belanda.

Ketika Indonesia merdeka, kabar gembira itu terlambat sampai di tanah Aceh. kemerdekaan Indonesia baru diterima pada 15 Oktober 1945. Namun, berita itu memicu semangat juang Daud Beureu'eh memerdekaan Aceh. Segera dia serukan lewat seluruh ulama di Aceh agar rakyat Aceh mendukung Soekarno, presiden pertama Indonesia.

Sumbangsihnya terhadap Indonesia di antaranya membangun dua pemancar radio untuk kembali mengkomunikasikan kemerdekaan Indonesia kepada dunia yang terputus akibat agresi militer II.

Selain itu, saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang berkedudukan di Bukit Tingi, Sumatera Barat, dipindahkan ke Bireuen, Daud dan Rakyat Aceh yang menanggung seluruh biaya akomodasi.

Aceh juga menyumbangkan kepada RI pesawat terbang Seulawah I dan II. Inilah yang menjadi cikal bakal penerbangan Indonesia. Namun, tuntutan Aceh berada di bawah Syariat Islam belum juga terwujud sebagaimana dijanjikan Soekarno.

Merasa kecewa, pada 21 September 1953, Daud membelot. Dia memimpin dan memproklamasikan bahwa Aceh bagian dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Untuk meredakan aksi tersebut, pemerintah mengirim M. Natsir ke Aceh dan memberinya otonomi. Okezone
Share this article :

0 komentar:

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Visit Aceh - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Fuad Heriansyah
Copyright ©