Banda
Aceh - Dimana tempatnya bisa mandi, sambil berperahu, dikelilingi pohon
duren terus kalau lapar bisa makan gorengan? Kalau Anda berada di Aceh
maka salah satu pilihan yang tepat adalah bendungan Brayeun yang terletak di kecamatan Leupung Aceh Besar, sekitar satu jam berkendaraan dari Banda Aceh.
Tempatnya tidak sulit dijangkau, sudah ada jalan aspal untuk
mencapainya walaupun 20 menit menjelang lokasi pengunjung harus
bersiap-siap untuk menikmati “rodeo” akibat jalan yang belum beraspal.

Berkendaraan menuju lokasi sangat mengasyikan apalagi pemandangan
menjelang sampai di lokasi sangat memanjakan mata. Di kiri-kanan jalan
tampak sawah, bukit yang rimbun serta barisan pohon durian yang bisa
meneteskan air liur jika musim durian tiba. Jalanan memang tidak terlalu
lebar, hanya pas untuk dua mobil, dimana salah satu mobil harus
berhenti sejenak jika berpapasan dengan mobil lain.
Bagaimana dengan biaya yang harus disiapkan? Beberapa pria yang berdiri
di gerbang masuk mengutip uang Rp.10 ribu kepada pengunjung yang
menggunakan mobil. Namun di Brayeun saat penulis mengunjungi beberapa
waktu lalu, perhitungan tiket pengunjung sudah fair. Tiap pengunjung
dewasa dikenakan tiket masuk Rp.3000, anak-anak bebas tiket.
Pada sebuah tikungan sempit sudah berdiri beberapa anak muda yang
mengatur keluar masuk mobil. Lumayan juga pelayanan yang diberikan.
Tidak cuma hanya mengutip uang masuk tapi juga sudah mulai profesional
dalam mengatur pengunjung. Tapi sayangnya pengaturan yang sudah baik itu
menjadi tampak buruk dengan kutipan uang parkir yang mencapai Rp.10
ribu! Pungutan ini tanpa disertai tanda bukti pembayaran dan layanan
apapun. Tapi sudahlah, mari kita nikmati kesejukan air bendungan Brayeun
saja.
Memasuki lokasi pemandian, mulai tampak keramaian para pengunjung.
Lazimnya tempat wisata lokal, disepanjang jalan masuk dipenuhi oleh
penjual makanan ringan. Mereka menjual berbagai makanan yang
berbeda-beda tapi uniknya tiap warung selalu satu jenis makanan yang
sama. Setiap warung menyediakan goreng-gorengan seperti pisang goreng,
tahu goreng, risol dan lain-lain. Penjual memanfaatkan selera manusia
yang suka akan makanan panas setelah berdingin-dingin ria.
Mata kembali dimanjakan oleh hamparan kolam bendungan Brayeun yang
kira-kira seukuran lapangan bola kaki. Kolam mempunyai hulu di kaki
gunung yang masih rimbun pepohonan. Pemandangan masih tampak asri. Di
beberapa tempat tampak dinding tembok bendungan yang roboh, mungkin
suatu waktu pernah dihantam banjir bandang. Jenis banjir ini memang
sangat sering melanda kawasan pegunungan.
Ramai pengunjung, terutama anak-anak muda yang mandi di kolam tersebut.
Anak-anak juga tak ketinggalan mandi di kolam berair sejuk, umumnya
mandi disisi pinggir kolam yang memang dangkal, sekitar setengah meter.
Jika ingin berenang yang puas silahkan melompat ke tengah kolam yang
lebih dalam. Beberapa anak muda menampilkan atraksi lompat jumpalitan
dari sebatang pohon yang berada dipinggir kolam.
Indah dan nyaman memang menikmati pemandian Brayeun Leupung ini. Apalagi
jika pengelola mampu menjaga kerapian dan kebersihan lokasi. Sebuah
masalah klasik arena wisata yang nyaris terdapat disemua tempat. Apalagi
lahan parkir yang sempit, jalan yang belum beraspal menjelang lokasi,
jangan sampai hambatan-hambatan ini membuat orang enggan berwisata.
Bayangkan saja, mandi di kolam berair yang sejuk dikelilingi pohon
duren, amboi enaknya.
Berikut foto-foto nya:
0 komentar:
Post a Comment