Sabang memang pulau yang indah. Berbicara tentang Sabang, yang terlintas di benak orang-orang adalah pesona pulau Rubiah dengan lautnya yang biru, ikan-ikan yang cantik, dan kekayaan terumbu karangnya. Setiap orang yang berlibur ke Sabang tak lupa untuk singgah di pulau yang menyuguhkan sejuta keindahan itu. Bahkan, yang sudah pernah menjejakkan kaki ke pulau itu pun tertarik untuk kembali menikmati keindahannya. Berbicara tentang Sabang juga mengingatkan tentang kilometer nol. Titik awal dari bumi Indonesia tercinta.
Namun, sebenarnya keindahan Sabang tak sebatas itu. Selain dikenal dengan keindahan lautnya, sabang juga dikenal sebagai kota seribu benteng karena banyaknya benteng peninggalan zaman dahulu di Sabang. Ada sebuah tempat yang letaknya di Anoi Itam yang tak kalah indahnya dari pulau Rubiah, yaitu benteng Jepang. Benteng Anoi Itam ini selain menyuguhkan pemandangan yang eksotis juga mengandung nilai sejarah. Benteng ini merupakan benteng peninggalan serdadu Jepang. Di masa lalu, benteng ini dijadikan basis pertahanan tentara Jepang. Tak sedikit tentara Jepang yang gugur di tempat ini. Jadi, tak heran jika benteng ini banyak diminati oleh turis Jepang. Bagi wisatawan asal Jepang, benteng ini memiliki arti tersendiri. Mereka sering mengunjungi benteng ini untuk mengenang leluhur mereka, bahkan ada yang khusus ke Sabang untuk mengunjungi benteng ini, mereka menyebutnya wisata ziarah.
Ada keindahan tersendiri ketika menginjakkan kaki ke tempat ini. Keindahannya tersembunyi. Pasalnya, kita tidak akan menyangka bahwa benteng ini dikelilingi oleh keindahan ketika kita belum menginjakkan kaki di benteng. Untuk bisa sampai ke benteng, kita harus naik tangga. Saat masih berada di bawah, mungkin kita akan ragu apa benar di atas sana ada tempat yang indah? Rimbunnya pepohonan memberikan nuansa hutan yang kental. Kicauan burung menambah kesan natural.
Setelah menapaki anak tangga demi anak tangga, kita akan menemukan jalan yang di sisi kanan dan kirinya diapit oleh bebatuan karang. Ketika melewati jalan ini rasanya seolah melewati sebuah terowongan. Birunya langit terhalang oleh rimbun pepohonan yang akarnya mencuat keluar menyelimuti karang tempat ia tumbuh. Dari akarnya yang kuat tampak jelas bahwa pohon-pohon itu pastilah kokoh. Kita juga akan menemukan benteng kecil di antara bebatuan karang tersebut.
Di ujung jalan, tampaklah sebuah benteng yang lebih besar dari benteng sebelumnya. Ketika akan masuk ke benteng ini, kita akan menemukan meriam tua yang mengarah ke laut. Dari atas benteng ini kita bisa melihat panorama alam yang menakjubkan. Laut biru yang tiada ujung, seolah menyatu dengan birunya langit. Rumput hijau menghiasi tanah, ditemani karang-karang yang menjulang perkasa. Berada di dalam benteng sambil memandang keindahan yang terhampar di hadapan membuat kita merasa seperti menjadi seorang putri yang sedang berada di atas menara kastil untuk menikmati taman yang indah.
Keluar dari benteng menuju rerumputan hijau, kita harus melewati jalan menurun. Di penghujung padang rumput, nan jauh di bawah sana, laut terhampar dengan warna birunya yang memukau. Lautnya tampak jernih sehingga kita bisa melihat terumbu karang yang ada di bawah permukaan air laut.
Di atas rerumputan, berdirilah karang yang kokoh. Kita bisa duduk berleha-leha di atas karang sambil menikmati birunya laut yang mengelilingi kita. Semilir angin melengkapi keindahan yang terpancar dari benteng peninggalan Jepang ini.
Di perjalanan pulang, kita bisa melihat pantai yang lain daripada yang lain. Pasir pantai ini berwarna hitam, tidak seperti kebanyakan pantai yang pasirnya berwarna putih atau kecoklatan. Itulah alasan mengapa daerah ini dinamakan Anoi Itam, yang artinya Pasir Hitam. (Era Mayawati (Anggota FLP Aceh))
0 komentar:
Post a Comment