Sungai Lae Kombih
adalah sebuah sungai yang berhulu di Sungai Sicike-cike, Desa Jambu
Kabupaten Pakpak Bharat Sumut. Bantaran Sungai Lae Kombih membelah
pegunungan-pegunungan Kabupaten Pakpak Bharat, mengaliri sejumlah desa
di wilayah Kota Subulussalam dan bermuara di Sungai Lae Souraya (Krueng Singkil), tepatnya di Kampong Binanga Kecamatan Runding Kota Subulussalam.
Sungai
Lae Kombih memiliki beberapa sutruktur sungai, mulai dari struktur
apitan tebing, struktur bebatuan dan sutruktur berpasir. Seperti
sutruktur sungai apitan tebing dapat kita temui di daerah Kabupaten
Pakpak Bharat, dan sutruktur sungai bebatuan dapat kita lihat di daerah
Kampong Jontor dan Kampong Sikelang Kecamatan Penanggalan, serta
struktur sungai berpasir di sepanjang Kampong Penanggalan Kecamatan
Penanggalan hingga ke Kecamatan Runding.
Kondisi struktur Sungai Lae Kombih memiliki aspek ekonomis terhadap masyarakat di sekitarnya, seperti penambangan batu mangga (koral) di
Kampong Penanggalan dan penambangan pasir di Kampong Pelayangan
Kecamatan Rundeng. Kegiatan ini sangat memberikan motivasi pendapatan
hidup bagi masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Lae Kombih dan juga kebutuhan pengairan persawahan dan sejumlah ladang pertanian masyarakat.
Sejarah Singkat
Konon,
sebutan Lae Kombih berawal dari kelompok adat nelayan yang bermarga
Kombih (sub kelompok dari suku pakpak), nelayan-nelayan ini dulunya
menggantungkan hidup mereka dari kegiatan penangkapan ikan di sepanjang
alur sungai tersebut. Kondisi ini memungkinkan, mengingat sungai
tersebut kaya dengan beragam jenis ikan.
Kampong
Binanga muara sungai Lae Kombih, adalah dudukan pemangku adat marga
Kombih, bahkan menurut kesaksian masyarakat dilokasi ini dulunya pernah
berdiri Kerajaan Kombih, sehingga segala kegiatan nelayan didaerah ini
mendapat restu dari seluruh elemen masyarakat kala itu.
Berawal dari jejak historis tersebutlah muncul nama sungai Lae Kombih, Lae yang berarti sungai,dan Kombih yang merupakan marga para penghuninya menjadi awal penyebutan nama sungai tersebut. Sehingga para pemangku adat di daerah hulu (Kabupaten Pakpak Bharat) dan seluruh masyarakat sekitar juga menyebutnya Lae Kombih.
Inisiasi Anak Lokal
Di
era degradasi lingkungan yang bertubi-tubi melanda nusantara, seperti
banjir dan tanah longsor yang menelan korban jiwa dan mengganggu laju
perekonomian rakyat. Belum lagi persoalan kerusakan lapisan ozon yang
dampaknya dirasakan oleh masyarakat dunia, sudah sepatutnya kita
berupaya untuk berbenah. Melalui hal fenomenal inilah melahirkan sebuah
inspirasi inisiasi anak local untuk berupaya menciptakan kondisi
lingkungan yang bersahabat dan berprospek financial bagi masyarakat
sekitar. Melalui Wadah Lae KOmbih Kita, komunitas ini mencoba
mengembangkan potensi ecowisata yang bersifat adventure dan edukatif.
Seperti Rafting (arung jeram), Rock Climbing dengan memanfaatkan
struktur tebing yang ada, Snapling/Rafling dan pembangunan sejumlah
rumah pohon. Sudah sepantasnya masyarakat local ikut serta mengembangkan
hal ini, demi untuk mengorbitkan citra Kota Subulussalam ke gaung
manjapada sebagai education environment khususnya masyarakat local, dan
umumnya bagi masyarakat global, bahwa hutan, sungai dan laut bisa
dikelola dan dikembangkan tanpa harus merusaknya.
Semoga
Dukungan
dalam bentuk apapun sangat harapkan untuk mewujudkan cita-cita
ini, agar hutan yang tersisa diwilayah ini berguna bagi seluruh lapisan
masyarakat, dalam menumbuhkan laju ekonomi masyarakat local melalui
pengembangan ecowisata adventure Lae Kombih Kita. Juga kepada pihak
stakeholder lainnya kiranya dapat bergandengan tangan untuk bersama-sama
kami merehabilitasi hutan yang ada di sekitar bantaran Sungai Lae
Kombih, karena kita perlu cadangan air, baik untuk pengembangan
ekowisata, pertanian maupun air bersih, dan kita membutuhkan udara yang
bersih untuk tetap hidup.
0 komentar:
Post a Comment