Masjid ini dikelilingi banyak makam pahlawan Aceh yang gugur di medan perang (Foto: AR/PascaDunia) |
Jika kita bersafari ke Masjid Jamik Al-Muhabbag Lamnga Kecamatan Baitussalam Aceh besar, kita akan menemukan banyak batu nisan yang terletak di disana tanpa keterangan nama, bahkan sebagian ada yang hampir tercabut dari pusaranya tanpa ada yang memperdulikannya.
Dahulu, Lamnga memang dikenal sebagai daerah pertahanan. Posisi Lamnga memang strategis, karena secara topografi, daerah ini dikelilingi oleh sungai yang dihubungkan dengan dua jembatan, sehingga tak mudah bagi penjajah untuk masuk ke daerah ini. Desa yang berjarak 12 kilometer dari arah kota Banda Aceh ini menjadi benteng pertahanan ketika perang pecah di Aceh. Tak heran jika kita akan menemui banyak makam pahlawan yang menjadi tempat istirahat para syuhada Aceh.
Salah satunya, Makam Panglima Teuku Nyak Makam yang lahir tahun 1838. Panglima Nyak Makam menghabiskan masa hidupnya untuk memimpin perang melawan penjajah Belanda selama 40 tahun. Hingga kemudian Panglima Nyak Makam ditangkap oleh letkol GF. pada tanggal 21 juli 1886. Dalam keadaan sakit parah, yang sangat menyedihkan beliau dihukum pancung di depan keluarga dan pengikutnya. Kepalanya selanjutnya diarak keliling Kuta Raja,. Penderitaan Panglima Teuku Nyak Makam tidak berhenti sampai disitu. Kepala beliau diawetkan dalam botol dan dipamerkan di rumah sakit militer Belanda di Kuta Alam. Tidak ada yang tahu kemana kepala Panglima Nyak Makam akhirnya dibawa namun sebagian menyakini kepala Teuku Nyak Makam dibawa ke negeri Belanda, seperti yang dikemukakan Aisyah orang tua Gampong Lamnga kepada Pascadunia. Akhirnya tubuh Teuku Nyak Makam tanpa kepala dikebumikan di samping Masjid Jamik Al- Muhabbah Lamnga, Kecamatan Aceh Besar. Dan banyak generasi muda yang tidak tahu bahwa desa Lamnga menjadi satu benteng pertahanan dalam merebut kemerdekan. |Sumber|
0 komentar:
Post a Comment