“Untuk rakyat Aceh, percayalah, Cut Nyak tak akan membiarkan setetes pun darah tumpah di Tanah Rencong...” MEGAWATI
SEDIKIT sekali yang ingat tentang hari itu, 30 Juli. Padahal,
bagi ureueng Aceh hari ini merupakan salah satu hari sejarah janji,
janji yang tidak pernah ditepati oleh seorang mantan Presiden Megawati
Soekarno Putri.
Empat belas tahun silam, 30 Juli 1999, Megawati sempat berpidato di
Aceh. Di hadapan ulama dan rakyat Tanah Serambi, Megawati berujar,
“Untuk rakyat Aceh, percayalah, “Cut nyak” tak akan membiarkan setetes
pun darah tumpah di Tanah Rencong.”
Kalimat itu ia pekikkan di pengeras suara tatkala pidato kemenangan
partainya, Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati memberanikan diri
melakapkan dirinya sebagai “Cut Nyak”, nama pahlawan wanita Aceh. Hal
inilah yang membuat orang Aceh ketika terkesima pada sosok anak mantan
Presiden Pertama Indonesia itu.
Janji tetaplah janji. Nyatanya, setelah menjadi presiden, Megawati lupa
bahwa ribuan orang Aceh pernah memilih dia dan partainya. Dari Istana
Negara, ia justru mengirimkan 40.000 pasukan ke Aceh dalam rangka
Darurat Militer. Pengiriman itu tidak lama setelah ia dilantik jadi
Presiden. Ribuan nyawa kemudian melayang dengan mudah. Aceh jadi daerah
bersimbah darah.
Sudah menjadi karakter ureueng Aceh, lekas iba dan kasihan melihat orang
lain, apalagi orang tersebut sampai menangis. Inilah yang dilakoni oleh
Mega tatkala kampanye kemenangan PDI di Aceh 1999 lalu. Sembari
mengucapkan janji tidak akan ada lagi pertumpahan darah di Tanah
Rincong, Mega berbasah mata dalam suaranya yang diserakbasahkan.
Megawati yang kerap disapa “Mbak Mega” di Tanah Jawa merupakan presiden
kelima Republik Indonesia. Ia menduduki kursi kepresidenan 23 Juli 2001
dan berakhir pada 20 Oktober 2004. Presiden perempuan pertama di
Indonesia ini kalah dalam percaturan politik berikutnya dari Susilo
Bambang Yudhoyono.
|Sumber|
0 komentar:
Post a Comment