Cupeng adalah semacam celana
dalam bergembok atau berkunci yang terbuat dari lempengan emas atau
perak ini yang merupakan penutup kemaluan wanita dan dikenakan
sehari-hari untuk gadis-gadis muda dari kalangan bangsawan. Jadi, selain
sebagai benda budaya, juga menunjukkan bahwa kaum wanita sudah mendapat
perhatian khusus sejak lama.
Istilah Cupeng ini dikenal di Aceh,
Pada awalnya cupeng merupakan benda upacara yang dipakai oleh anak
wanita kecil. Fungsinya adalah sebagai penutup kelamin. Bentuknya
seperti hati dan pemasangannya diikat dengan benang pada perut si anak.
Salah satu artefak yang terkenal berbahan emas 22 karat, berukuran
tinggi 6,5 sentimeter, dan lebar 5,8 cm.
Sebuah cupeng biasanya terbuat dari perak yang berbentuk hati berhiasan motif suluran bunga yang dibuat dengan teknik ditatah timbulkan. Motif tersebut dibatasi dengan garis bidang kosong lainnya yang diisi dengan motif mutiara kecil yang dibuat berbentuk simetris dan tetap menggunakan teknik yang sama dengan motif suluran bunga. Pada bagian atas cupeng terdapat pengait berbentuk bulat panjang dengan lubang pada bagian dalamnya yang berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan tali yang akan digunakan sebagai pengikat cupeng (Museum Aceh).
Sebuah cupeng biasanya terbuat dari perak yang berbentuk hati berhiasan motif suluran bunga yang dibuat dengan teknik ditatah timbulkan. Motif tersebut dibatasi dengan garis bidang kosong lainnya yang diisi dengan motif mutiara kecil yang dibuat berbentuk simetris dan tetap menggunakan teknik yang sama dengan motif suluran bunga. Pada bagian atas cupeng terdapat pengait berbentuk bulat panjang dengan lubang pada bagian dalamnya yang berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan tali yang akan digunakan sebagai pengikat cupeng (Museum Aceh).
Sedangkan Cupeng emas umum digunakan
oleh orang terpandang. Artefak tersebut penuh ukiran, pinggirannya
berhiaskan motif tapak jalak, bagian tengah bermotif bunga teratai
dikelilingi deretan bunga bertajuk empat helai dalam bentuk belah
ketupat. Bagian tengah bunga tadi bermatakan jakut merah.
Cupeng, Aceh (Museum Aceh) |
Menurut tradisi lama, cupeng harus
dipakai oleh balita perempuan yang berusia 2 hingga 5 tahun. Atau
digunakan ketika anak mulai berjalan sampai anak mulai pandai mengenakan
sarung sendiri. Mereka percaya, cupeng merupakan penangkal roh jahat.
Pada pemakaian pertama, benang yang dikalungkan terlebih dulu diberikan
mantera atau jampi-jampi oleh seorang dukun.
Selain di Indonesia, cupeng dikenal
di Semenanjung Malaysia. Di sana disebut caping. Diduga, caping
diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh pedagang-pedagang India pada masa
kejayaan Kerajaan Sriwijaya, dari abad ke-7 hingga ke-12. Di Malaysia,
caping sangat populer di daerah utara, selatan, dan pantai timur
Malaysia. Adapun di Indonesia, cupeng banyak dipakai oleh penduduk
Melayu sekitar pantai timur Sumatera, Dayak, Bugis, Makassar, dan Aceh.
Hampir serupa dengan cupeng adalah badong.
Badong merupakan perhiasan untuk wanita bangsawan atau tokoh yang
dihormati. Penggunaannya diletakkan di luar kain, tepat di depan alat
kelamin wanita.
Badong, Majapahit |
Badong adalah simbol bagi wanita
yang telah menikah dan dipakai pada saat suami mereka sedang berperang
atau sedang berada di luar rumah. Peninggalan masa lalu yang salah satu
fungsinya adalah untuk penangkal perselingkuhan. Badong juga digunakan
oleh para pertapa atau pendeta wanita. Maksudnya untuk melawan godaan
agar selamanya tidak melakukan hubungan intim dengan lawan jenis.
Badong berbahan emas ini ditemukan
di daerah Madiun, kemungkinan berasal dari masa Majapahit sekitar abad
ke-14/15. Yang unik, permukaan badong dihiasi relief cerita Sri Tanjung,
seorang wanita suci yang dituduh berselingkuh oleh suaminya, Sidapaksa,
dan kemudian dibunuh. Namun, suatu saat Dewi Durga datang menolong Sri
Tanjung dengan memberikan seekor gajamina (ikan gajah) untuk
menyeberangi sungai dunia bawah menuju surga sebagai imbalan atas
kesucian dirinya.
Jempang, Gowa Sulsel |
Mirip dengan cupeng dan badong adalah jempang.
Artefak ini ditemukan di Gowa, Sulawesi Selatan.Jempang juga merupakan
penutup kemaluan wanita, yang menjadi pakaian sehari-hari untuk
gadis-gadis muda dari kalangan bangsawan.
Ketiga artefak itu adalah peninggalan masa lalu yang salah satu fungsinya untuk penangkal perselingkuhan. Jadi, selain sebagai benda budaya, juga menunjukkan bahwa kaum wanita sudah mendapat perhatian khusus sejak lama. |Sumber|
Ketiga artefak itu adalah peninggalan masa lalu yang salah satu fungsinya untuk penangkal perselingkuhan. Jadi, selain sebagai benda budaya, juga menunjukkan bahwa kaum wanita sudah mendapat perhatian khusus sejak lama. |Sumber|
0 komentar:
Post a Comment