Geunang Geudong "Jika berkunjung ke bumi Teuku Umar, Aceh Barat, lalu menuju ke utara hingga sampai di Kecamatan Kaway XVI, maka akan dijumpai sebuah danau yang indah"
Aceh Barat selain dikenal sebagai Kota Pahlawan Teuku Umar yang gigih
melawan penjajah Belanda, juga banyak menyimpan khasanah wisata lokal
yang cukup diperhitungkan keberadaannya. Salah satu lokasi wisata yang
terletak di Desa Putim, Kecamatan Kaway XVI, itu bernama Geunang
Geudong.
'Geunang' dalam bahasa Indonesia berarti air yang tergenang. Sedangkan 'Geudong' bisa berarti besar atau berdinding. Bila ditilik dengan mata kepala, maka makna tadi tidaklah salah. Geunang Geudong mirip seperti cekungan raksasa yang memancarkan mata air melimpah sehingga membentuk sebuah danau.
Namun janganlah membandingkan Geunang Geudong dengan Danau Toba. Luas dan keindahannya jelas jauh beda. Geunand Geudong memiliki luas keliling hingga 5 Km dan kedalaman sekitar 1 ½ meter. Geunang Geudong tidaklah terlalu berbahaya bagi pengunjung yang datang untuk sekadar mencuci mata atau menghabiskan waktu dengan memancing. Airnya berwarna coklat kehitaman, payau dan berpasir.
Beberapa warga membuat pondok terapung di danau tersebut yang biasanya dimanfaatkan sebagai kedai kopi dan panganan ringan. Tak banyak yang tahu akan awal mula Geunang Geudong.
Pak Hamzah (35), Ketua Pemuda Desa Putim, punya cerita menarik. Tahun 1872, ada tiga orang yang disebut pawang datang ke daerah tersebut dan kehausan. Lalu mereka menggali tanah untuk mendapatkan air, seketika bermunculanlah mata air dari lubang-lubang tanah yang mereka gali. ”Tak disangka seiring waktu berjalan, bekas galian itu makin melebar dan akhirnya menjadilah seperti sekarang ini,” terangnya.
Geunang Geudong kini cukup sering dikunjungi warga. Kawasan ini kini populer setelah digelar even akbar yang dihadiri Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Mutia Hatta, 12 Januari lalu. Kegiatan bertajuk Gampong Aneuk 2009 yang dilakukan Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) itu berhasil membuka mata pemerintah daerah Aceh Barat bahwa kawasan ini punya potensi yang bisa dikembangkan sesuai dengan budaya lokal menjadi kawasan wisata islami.
Lokasi Danau Geunang Geudong dengan pusat Kota Meulaboh berjarak 20 Km. Hal ini menjadi salah satu kendala mengapa Geunang Geudong tidak begitu dikenal oleh warga Aceh Barat sendiri. Pengemudi becak mesin, misalnya, yang merupakan penduduk asli Meulaboh, justru banyak yang mengaku tidak tahu ketika dimintai jasanya untuk mengantarkan menuju ke danau tersebut.
Ini berarti pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Aceh Barat harus bekerja lebih keras lagi demi mempromosikan Geunang Geudong ke masyarakat luas.
'Geunang' dalam bahasa Indonesia berarti air yang tergenang. Sedangkan 'Geudong' bisa berarti besar atau berdinding. Bila ditilik dengan mata kepala, maka makna tadi tidaklah salah. Geunang Geudong mirip seperti cekungan raksasa yang memancarkan mata air melimpah sehingga membentuk sebuah danau.
Namun janganlah membandingkan Geunang Geudong dengan Danau Toba. Luas dan keindahannya jelas jauh beda. Geunand Geudong memiliki luas keliling hingga 5 Km dan kedalaman sekitar 1 ½ meter. Geunang Geudong tidaklah terlalu berbahaya bagi pengunjung yang datang untuk sekadar mencuci mata atau menghabiskan waktu dengan memancing. Airnya berwarna coklat kehitaman, payau dan berpasir.
Beberapa warga membuat pondok terapung di danau tersebut yang biasanya dimanfaatkan sebagai kedai kopi dan panganan ringan. Tak banyak yang tahu akan awal mula Geunang Geudong.
Pak Hamzah (35), Ketua Pemuda Desa Putim, punya cerita menarik. Tahun 1872, ada tiga orang yang disebut pawang datang ke daerah tersebut dan kehausan. Lalu mereka menggali tanah untuk mendapatkan air, seketika bermunculanlah mata air dari lubang-lubang tanah yang mereka gali. ”Tak disangka seiring waktu berjalan, bekas galian itu makin melebar dan akhirnya menjadilah seperti sekarang ini,” terangnya.
Geunang Geudong kini cukup sering dikunjungi warga. Kawasan ini kini populer setelah digelar even akbar yang dihadiri Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Mutia Hatta, 12 Januari lalu. Kegiatan bertajuk Gampong Aneuk 2009 yang dilakukan Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) itu berhasil membuka mata pemerintah daerah Aceh Barat bahwa kawasan ini punya potensi yang bisa dikembangkan sesuai dengan budaya lokal menjadi kawasan wisata islami.
Lokasi Danau Geunang Geudong dengan pusat Kota Meulaboh berjarak 20 Km. Hal ini menjadi salah satu kendala mengapa Geunang Geudong tidak begitu dikenal oleh warga Aceh Barat sendiri. Pengemudi becak mesin, misalnya, yang merupakan penduduk asli Meulaboh, justru banyak yang mengaku tidak tahu ketika dimintai jasanya untuk mengantarkan menuju ke danau tersebut.
Ini berarti pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Aceh Barat harus bekerja lebih keras lagi demi mempromosikan Geunang Geudong ke masyarakat luas.
0 komentar:
Post a Comment