Partai Komunis Indonesia (PKI)
ini bisa dikatakan sebuah partai yang paling gigih menentang segala macam usul
perdamaian dengan DI/TII. Hal ini disebabkan kaum komunis menganggap agama
sebagai candu masyarakat. PKI sangat mendukung penghancuran DI/TII Aceh dan
Sulawesi Selatan. Ketika PUSA baru saja bergabung ke dalam DI/TII. PKI juga
mengerahkan kader-kadernya yang tergabung dalam Barisan Tani Indonesia (BTI),
Persatuan Bekas Pejuang Seluruh Indonesia (PERBEBSI) dan lain-lain untuk
menghancurkan DI/TII. Di Sumatra Utara BTI minta kepada pemerintah agar tanah
Daud Beureueh disita dan dibagikan kepada rakyat. PERBEBSI, sebuah asosiasi
semi militer yang diorganisasikan dan diarahkan oleh anggota PKI, menawarkan
diri untuk memasok personel guna memerangi DI/TII, asalkan pemerintah RI mau
menyediakan senjatanya. Usulan PERBEBSI ini mulanya mendapat angin dari Menteri
Pertahanan Iwa Kusumasumantri, namun usulan PERBEPSI ini ditolak oleh Kabinet
Ali I.
Sementara itu KPI di Sulawesi
Selatan walaupun anti kepada DI/TII boleh dikatakan kurang mendapat simpati rakyat,
apabila ketika PKI menyatakan dirinya anti Piagam Perjuangan Semesta
(Permesta). Semakin lama PKI di Aceh tampak semakin lunak sikapnya, misalnya
PKI menyatakan kalau ingin melawan DI/TII harus dengan menggunakan bantuan
rakyat. Walaupun pada mulanya PKI menentang pemulihan kembali provinsi Aceh,
pada akhirnya PKI menyetujuinya juga. Namun PKI tetap menghendaki penumpasan
DI/TII Aceh. PKI juga menyatakan akan mendukung proses pembangunan yang
dilaksanakan di Aceh. Sikap keras PKI terhadap DI/TII Aceh tentu saja
mengundang kemarahan dari TII Aceh. Banyak anggota PKI yang diculik dan dibunuh
oleh TII/Aceh.
Sumber : Hendra Gunawan. M,
Natsir Darul Islam (Studi Kasus Aceh dan Sulawesi Selatan tahun 1953-1958).
Media Da’wah : Jakarta, 2000.
0 komentar:
Post a Comment