Sayid Maulana Abdul-Aziz Syah
Ia merupakan Sultan pertama di
Kerajaan Islam Perlak. Anak dari Sayid Maulana Ali Al-Muktabar dengan Tansyir
Dewi, puteri Maharaja Syahrial Salman. Sebagai Sultan, ia bergelar Sultan
Alaiddin Sayid Maulana Abdul-Aziz Syah.
Pada hari peresmian berdirinya
Kerajaan Islam, Banda Perlak diubah namanya menjadi Banda Khalifah untuk
mengingat nama Nakhoda Khalifah yang membawa mereka ke Bandar Perlak. Banda ini
sekarang masih disebut namanya, namun telah menjadi dusun kecil yang
terlupakan. Sayid Maulana Abdul-Aziz Syah menikah dengan Puteri Khudaiwi binti
Meurah Syahir Nuwi, keponakan Tansyir Dewi dan keturuanan kemudian menjadi
penguasa Perlak dari Dinasti Sayid (Aziziyah).
Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abdul Aziz Syah, sebagai sultan pertama memerintah mulai tahun 225 H/840 M
sampai tahun 249 H/864 M. Setelah lengser dari tahta kerajaan, berturut-turut
terdapat 17 orang sultan yang menggantinya. Sebagai sultan pertama, maka
pemerintahnya dikerahkan untuk membangun Perlak terutama disektor organisasi
pemerintah.
Sayid Maulana Abdurrahman Syah
Setelah sultan Alaiddin Sayid
Maulana Abdul Syah wafat, maka Sayid Maulana Abdurrahman Syah dinobatkan
menjadi Sultan Perlak kedua dengan gelar Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abdurrahman Syah. Sultan kedua ini merupakan putera langsung dari Sultan
Alaiddin Maulana Abdul Aziz Syah. Selama memegang kekuasaan, sultan kedua ini
lebih fokus pada pembangunan pendidikan Islam dan ekonomi. Pada tahun 250 H, sebuah
pusat pendidiakn Islam Dayah Bukit Ceu Brek didirikan.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abdurrahman Syah memegang kendali kerajaan Islam Perlak mulai tahun 249 H/864 M
sampai tahun 258 H/888 M.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abbas Syah
Penerus dari Sultan Alaiddin
Sayid Maulana Abdurrahman Syah adalah Sayid Maulana Abbas Syah dengan gelar
resminya Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah. Sultan ketiga ini juga
merupakan putera langsung dari Sultan kedua.
Pembangunan di segala bidang semakin
digalakkan seperti bidang pertanian dengan menggalakkan penanaman lada dan
hasil hutan, bidang pertambangan dengan mengeksplorasi tambang emas Aceh di
Aleu Meuh, bidang kesenian dengan menggalakkan seni ukir gading gajah dan kayu,
seni baca Al-Quran, qasidah dan ilmu bidang pengetahuan dengan membuah sebuah
pusat Pendidikan Islam Dayah Cot Kala pada tahun 899 M di dataran Aramia,
sebelah selatan Bandar Khalifah.
Pada masa kekuasaan Sultan
Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah aliran Islam Sunni mulai menyebar luas di
Perlak. Agama resmi Perlak adalah Islam aliran Syiah. Ini dimaklumi karena
pendiri Kerajaan Islam Perlak sendiri masih merupakan cucu dari Imam Syiah
yakni Imam Jakfar Shadik sehingga sering terjadi konflik antara kedua aliran.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abbas Syah sendiri mulai memegang tampuk kekuasaan kesultanan selama lima belas
tahun mulai tahun 285 H/888 M sampai tahun 300 H/913 M.
Sultan Alaiddin Sayid Maulana
Mughayat Syah
Karena sering terjadi konfilk
antara aliran Syiah dan Synni, maka terjadilah perang saudara sesama umat Islam
dari kedua aliran tersebut selama dua tahun. Hal ini menyebabkan tertundanya
pelantikan Sayid Maulana Ali Mughayat sebagai sultan keempat. Sayid Maulana
Mughayat baru dilantik menjadi sultan keempat dengan gelar Sultan Alaiddin
Sayid Maulana Mughayat Syah pada tahun 302 H/915 M.
Pada masa Sultan Sultan Alaiddin
Sayid Maulana Mughayat Syah ini terjadi kembali perang saudara antara aliran
Syiah dan Sunni. Kali ini, aliran Sunni yang menang. Dengan kemenangan aliran
Sunni, maka Sultan Perlak pun diganti dari golongan Sunni pada tahun 305 H/918
M. Dengan demikian, Sultan Alaiddin Ali Mughayat Syah hanya berkuasa tiga tahun
mulai tahun 302 H/915 M sampai tahun 305 H/918 M.
Dengan turunnya tahta Sultan
Alaiddin Ali Mughayat Syah, maka berakhir pula masa berkuasanya Dinasti Sayid
di Kerajaan Islam Perlak. Istana Kesultanan Perlak selanjutnya dihuni oleh
Sultan dari Dinasti Meurah yang juga merupakan representasi dari kaum Sunni.
Namun demikian, ini tidak berarti
bahwa kaum sayid yang keturunan Rasullah itu diusir dari Aceh. Mereka tetap
dihormati sebagai ulama dan kaum Meurah pun serang melakukan hubungan meubisan
(besan) dengan keturunan sayid sampai pada zaman Kerajaan Aceh Darussalam.
Sebagai contoh, Sultan Kamalat Syah bersuamikan seorang sayid yang bernama
Sayid Ibrahim Habib Jamaluddin Syarif Hasyim yang kemudian anak cucunya menjadi
raja yang di kenal dengan Dinasti Jamalulail.[Sumber]
0 komentar:
Post a Comment