Syafaruddin (50) alias Ilyas Keloang ( Keloang adalah nama sebuah tempat yang ditumbuhi tanaman pakis) terletak di ruas jalan Pondok Baru- Samar Kilang saat diwawancarai oleh Harian Aceh mengaku sejak kecil telah beromisli di kawasan tersebut.
Mantan Anggota GAM ini juga mengetahui betul lekuk liku maupun daerah yang menurutnya tanah garapan Muyang Kute bahkan beberapa hektar sawah milik Muyang Kute saat ini dia rawat. Diapun mengaku bahwa Muyang Kute Alias Syekh Abdul Rauf merupakan sosok orang suci yang datang dari negeri Arab dengan tujuan menyebarkan agama islam di dataran tinggi Gayo ketika itu.
Kepadanya pada saat kecil saudara atau keturunannya pernah bercerita bahwa Tgk. Muyang Kute pada saat menjelang ajalnya bercerita kepada anak maupun cucu-cucunya bahwa ketika kelak dia meninggal dunia dikuburkan di Blang Jorong.
Atas permintaan tersebut ketika Syekh Abdul Rauf wapat maka anak-anaknya menguburkan beliau di Blang Jorong. Sebelum meninggal Muyang Kute itu berpesan agar dalam perjalanan mengantar mayatnya ke kuburan kepada anak-anaknya dititip pesan agar jangan pernah berhenti atau meletakan keranda mayatnya ke tanah sebelum tiba di kuburan , kalau hal itu dilakukan maka anak maupun cucu-cunyak akan menyesal.
Alhasil, dari pemukiman persawahan Keloang mayat Syekh Abdul Rauf digotong namun setelah sampai dipendakian baru berjarak 0,5 km, karena anak-anak maupun cucunya merasakan lelah maka keranda mayat tersebut mau di turunkan ( Red bahasa Gayo : mau = male maka di jalan tersebut saat ini ada tumpukan tanah yang kemudian tematnya dikenal orang male), naum karena adanya wasiat maka keranda tidak jadi diturunkan sehingga perjalanan dilanjutkan.
Setelah diba di suatu tempat ada suara anak ayam berbunyi tiba-tiba dengan suaranya ciak-ciak, ditempat itupun para pembawa mayat Syekh Abdul Rauf terheran mengapa ada suara tapi tanpa ada wujud ayamnya . Kini tempat tersebut dikenal dengan sebutan daerah ciak-ciak, ungkap Ilyas Keloang sebagaimana alur cerita yang dia ketahui itu.
Jarak antara Kemukiman Keloang dengan Belang Jorong sekitar 9 Km lebih, dimana sebahagian dari mereka telah menggali kuburan di Belang Jorong, namun setibanya di sebuah tempat karena anak-anaknya maupun cucu-cucunya kelelahan, tanpa sadar keranda yang berisikan mayat Muyang Kute alias Syekh Abdul Rauf diletakan di atas tanah, sehingga pada saat letih telah sirna maka ketika keranda akan diangkat sangat terasa ringan sekali. Dan seketika itu keanehan terjadi mayat Syekh Abdul Rauf hilang tanpa bekas sehingga membuat anak maupun cucunya bingung. Akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan perjalanan kekuburan dengan hanya mengangkat keranda Syekh Abdul Rauf.
Setiba di tempat kuburan karena mayat Muyang Kute tidak ada lagi, sehingga kerandanya ditanamkan di Pusara Makam Muyang Kute tersebut. Pasca dikuburkannya keranda Syekh Abdul Rauf ( Muyang Kute ) kondisi kuburan sering berlobang lalu oleh ahli warisnya ditutup lobang tersebut namun beberapa hari kemudian kuburan tersebut berlobang lagi, ucap Ilyas menirukan cerita bibiknya itu.
Setelah beberapa lama kuburan tersebut tidak lagi ditemukan lobang, dulu sebelum dipugar oleh saudara Adijan ( merupakan ahli waris dari ibu kandungnya) Makam Syekh Abdul Rauf di bangun berkontruksi kayu, namun setelah dipugar maka kondisi Makam seperti terlihat saat ini, ujar Ilyas Keloang, mengakhiri ceritanya.
Ditulis Oleh
Abdul Rahman
Mantan Anggota GAM ini juga mengetahui betul lekuk liku maupun daerah yang menurutnya tanah garapan Muyang Kute bahkan beberapa hektar sawah milik Muyang Kute saat ini dia rawat. Diapun mengaku bahwa Muyang Kute Alias Syekh Abdul Rauf merupakan sosok orang suci yang datang dari negeri Arab dengan tujuan menyebarkan agama islam di dataran tinggi Gayo ketika itu.
Kepadanya pada saat kecil saudara atau keturunannya pernah bercerita bahwa Tgk. Muyang Kute pada saat menjelang ajalnya bercerita kepada anak maupun cucu-cucunya bahwa ketika kelak dia meninggal dunia dikuburkan di Blang Jorong.
Atas permintaan tersebut ketika Syekh Abdul Rauf wapat maka anak-anaknya menguburkan beliau di Blang Jorong. Sebelum meninggal Muyang Kute itu berpesan agar dalam perjalanan mengantar mayatnya ke kuburan kepada anak-anaknya dititip pesan agar jangan pernah berhenti atau meletakan keranda mayatnya ke tanah sebelum tiba di kuburan , kalau hal itu dilakukan maka anak maupun cucu-cunyak akan menyesal.
Alhasil, dari pemukiman persawahan Keloang mayat Syekh Abdul Rauf digotong namun setelah sampai dipendakian baru berjarak 0,5 km, karena anak-anak maupun cucunya merasakan lelah maka keranda mayat tersebut mau di turunkan ( Red bahasa Gayo : mau = male maka di jalan tersebut saat ini ada tumpukan tanah yang kemudian tematnya dikenal orang male), naum karena adanya wasiat maka keranda tidak jadi diturunkan sehingga perjalanan dilanjutkan.
Setelah diba di suatu tempat ada suara anak ayam berbunyi tiba-tiba dengan suaranya ciak-ciak, ditempat itupun para pembawa mayat Syekh Abdul Rauf terheran mengapa ada suara tapi tanpa ada wujud ayamnya . Kini tempat tersebut dikenal dengan sebutan daerah ciak-ciak, ungkap Ilyas Keloang sebagaimana alur cerita yang dia ketahui itu.
Jarak antara Kemukiman Keloang dengan Belang Jorong sekitar 9 Km lebih, dimana sebahagian dari mereka telah menggali kuburan di Belang Jorong, namun setibanya di sebuah tempat karena anak-anaknya maupun cucu-cucunya kelelahan, tanpa sadar keranda yang berisikan mayat Muyang Kute alias Syekh Abdul Rauf diletakan di atas tanah, sehingga pada saat letih telah sirna maka ketika keranda akan diangkat sangat terasa ringan sekali. Dan seketika itu keanehan terjadi mayat Syekh Abdul Rauf hilang tanpa bekas sehingga membuat anak maupun cucunya bingung. Akhirnya mereka sepakat untuk melanjutkan perjalanan kekuburan dengan hanya mengangkat keranda Syekh Abdul Rauf.
Setiba di tempat kuburan karena mayat Muyang Kute tidak ada lagi, sehingga kerandanya ditanamkan di Pusara Makam Muyang Kute tersebut. Pasca dikuburkannya keranda Syekh Abdul Rauf ( Muyang Kute ) kondisi kuburan sering berlobang lalu oleh ahli warisnya ditutup lobang tersebut namun beberapa hari kemudian kuburan tersebut berlobang lagi, ucap Ilyas menirukan cerita bibiknya itu.
Setelah beberapa lama kuburan tersebut tidak lagi ditemukan lobang, dulu sebelum dipugar oleh saudara Adijan ( merupakan ahli waris dari ibu kandungnya) Makam Syekh Abdul Rauf di bangun berkontruksi kayu, namun setelah dipugar maka kondisi Makam seperti terlihat saat ini, ujar Ilyas Keloang, mengakhiri ceritanya.
Ditulis Oleh
Abdul Rahman
0 komentar:
Post a Comment