Leuser
International Foundation (LIF) berhasil mengabadikan tujuh badak
Sumatera yang langka di Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera.
Munculnya salah satu badak terlangka di dunia ini adalah yang pertama
kalinya dalam 26 tahun terakhir.
Tarmizi dari Leuser International Foundation menjelaskan, kamera yang telah disiapkan dipicu oleh gerakan seekor badak Sumatera laki-laki dan tujuh badak perempuan di Aceh pada April lalu.
Pihak yayasan sendiri telah menyiapkan 28 kamera di sejumlah titik untuk mengabadikan kemunculan badak langka di taman nasional Leuser yang diprediksi jumlahnya kurang dari 27 ekor.
Badak Sumatera diperkirakan populasinya tinggal 200 ekor yang tinggal dalam kelompok-kelompok kecil di alam liar Indonesia dan Sumatera. Jumlah ini turun hampir setengahnya dibandingkan 15 tahun lalu.
Jumlah badak Sumatera ini mulai turun hingga 70 persen sejak 1985, saat perburuan badak Sumatera mulai marak dan habitat asli badak mulai terkikis akibat penebangan hutan.
Yayasan Leuser saat ini sedang melakukan pendataan jumlah badak Sumatera (Decerorhinus Sumatrensis) yang masih tersisa di habitatnya. Untuk itu, taman nasional Leuser bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan Yayasan Badak Indonesia (YABI).
LIF mengumpulkan bukti-bukti keberadaan badak Sumatera seperti kotoran, jejak kaki badak, dan sisa-sisa makanan. Selain itu, LIF menyiapkan kamera-kamera di sejumlah titik untuk membuktikan keberadaan badak Sumatera.
Tujuannya adalah untuk menyelamatkan badak Sumatera yang terancam punah dan menjaga ekosistem Leuser yang termasuk dalam habitat asli badak Sumatera. Kegiatan-kegiatan ilegal seperti perburuan liar dan penebangan liar oleh masyarakat mengancam habitat badak.
Tarmizi dari Leuser International Foundation menjelaskan, kamera yang telah disiapkan dipicu oleh gerakan seekor badak Sumatera laki-laki dan tujuh badak perempuan di Aceh pada April lalu.
Pihak yayasan sendiri telah menyiapkan 28 kamera di sejumlah titik untuk mengabadikan kemunculan badak langka di taman nasional Leuser yang diprediksi jumlahnya kurang dari 27 ekor.
Badak Sumatera diperkirakan populasinya tinggal 200 ekor yang tinggal dalam kelompok-kelompok kecil di alam liar Indonesia dan Sumatera. Jumlah ini turun hampir setengahnya dibandingkan 15 tahun lalu.
Jumlah badak Sumatera ini mulai turun hingga 70 persen sejak 1985, saat perburuan badak Sumatera mulai marak dan habitat asli badak mulai terkikis akibat penebangan hutan.
Yayasan Leuser saat ini sedang melakukan pendataan jumlah badak Sumatera (Decerorhinus Sumatrensis) yang masih tersisa di habitatnya. Untuk itu, taman nasional Leuser bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan Yayasan Badak Indonesia (YABI).
LIF mengumpulkan bukti-bukti keberadaan badak Sumatera seperti kotoran, jejak kaki badak, dan sisa-sisa makanan. Selain itu, LIF menyiapkan kamera-kamera di sejumlah titik untuk membuktikan keberadaan badak Sumatera.
Tujuannya adalah untuk menyelamatkan badak Sumatera yang terancam punah dan menjaga ekosistem Leuser yang termasuk dalam habitat asli badak Sumatera. Kegiatan-kegiatan ilegal seperti perburuan liar dan penebangan liar oleh masyarakat mengancam habitat badak.
0 komentar:
Post a Comment