Kuah Beulangong Salah Satu Tradisi Aceh |
BANDA ACEH - Pemerintah Provinsi Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merintis festival kuliner dengan menggelar Festival Kuah Beulangong 2014 di halaman Museum Aceh, Banda Aceh, Kamis (27/3/2014). Upaya itu untuk mengenalkan kekayaan kuliner dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke ”Bumi Serambi Mekkah”.
Festival Kuah Beulangong 2014 melibatkan 15 kelompok yang berasal dari sejumlah kecamatan di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Setiap kelompok berisikan 10 orang. Semua kelompok menghabiskan total 150 kilogram daging sapi untuk membuat kuah beulangong.
Kuah beulangong adalah masakan khas Aceh. Masakan itu terbuat dari sejumlah rempah, air, daging sapi atau lembu, dan potongan nangka muda atau pisang yang dimasak dalam beulangong atau belanga atau kuali besar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Reza Pahlevi mengatakan, Festival Kuah Beulangong 2014 merupakan yang pertama kali diselenggarakan di Aceh. Tujuan penyelenggaraan adalah memperkenalkan salah satu khazanah kuliner di Aceh. Reza melanjutkan, kemungkinan festival itu akan menjadi cikal bakal penyelenggaraan festival kuliner Aceh pada masa mendatang. ”Aceh memiliki kuliner yang beragam, misalnya timphan, gulai itik, gulai plieku, kari kambing, sate matang, dan mi aceh. Kekayaan ini merupakan modal untuk promosi wisata,” ujar dia.
Pemprov Aceh pun sedang fokus mengembangkan sektor pariwisata. Berdasarkan data Disbudpar Aceh, sekitar 30.000 tamu mancanegara dan 1,1 juta tamu domestik berkunjung ke Aceh sepanjang 2013. Tahun ini, target jumlah kunjungan tamu mancanegara dan domestik bisa meningkat 15 persen. Berdasarkan pantauan Kompas, setiap kelompok memiliki resep dan cara masing-masing membuat kuah beulangong. Mayoritas yang memasak kuah beulangong adalah laki-laki. Lama memasaknya sekitar 1,5 jam.
Ketua kelompok 1 Kecamatan Kutaalam, Banda Aceh, Ibrahim Hamzah (63), mengatakan, setiap daerah di Aceh memiliki ciri khas masing-masing dalam memasak kuah beulangong. Di pedalaman, banyak yang menggunakan tambahan potongan nangka muda. Di wilayah pesisir, banyak yang menggunakan tambahan potongan buah pisang atau batang pisang. ”Kesemuanya memiliki kesamaan, yakni dimasak di dalam beulangong,” ucapnya.
Anggota tim juri Festival Kuah Beulangong sekaligus Wakil Ketua Majelis Adat Aceh, Aceh Besar, Ayub Yusuf, menuturkan, kuah beulangong biasanya dihidangkan dalam kenduri pesta pernikahan dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
”Kami berharap dengan adanya acara semacam ini bisa melestarikan adat dan budaya, khususnya kuliner Aceh agar tidak punah atau dilupakan masyarakat Aceh,” kata Ayub.
Sementara itu, kamar penginapan di sejumlah kawasan wisata di Banten sudah habis dipesan untuk libur panjang akhir pekan nanti. Libur hari raya Nyepi pada Senin mendatang itu menyebabkan lonjakan okupansi dibandingkan dengan hari biasa yang maksimal 30 persen.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Serang Hardomo, di Serang, Kamis, mengatakan, Anyer adalah kawasan wisata ternama di Kabupaten Serang.
Di Nusa Tenggara Timur, infrastruktur sangat tidak mendukung pariwisata. Kepala Bidang Promosi dan Informasi Dinas Pariwisata NTT Bona Rumat mengatakan, infrastruktur pariwisata dapat dibangun secara bertahap sesuai kebutuhan. *)Kompascom
Festival Kuah Beulangong 2014 melibatkan 15 kelompok yang berasal dari sejumlah kecamatan di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Setiap kelompok berisikan 10 orang. Semua kelompok menghabiskan total 150 kilogram daging sapi untuk membuat kuah beulangong.
Kuah beulangong adalah masakan khas Aceh. Masakan itu terbuat dari sejumlah rempah, air, daging sapi atau lembu, dan potongan nangka muda atau pisang yang dimasak dalam beulangong atau belanga atau kuali besar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh Reza Pahlevi mengatakan, Festival Kuah Beulangong 2014 merupakan yang pertama kali diselenggarakan di Aceh. Tujuan penyelenggaraan adalah memperkenalkan salah satu khazanah kuliner di Aceh. Reza melanjutkan, kemungkinan festival itu akan menjadi cikal bakal penyelenggaraan festival kuliner Aceh pada masa mendatang. ”Aceh memiliki kuliner yang beragam, misalnya timphan, gulai itik, gulai plieku, kari kambing, sate matang, dan mi aceh. Kekayaan ini merupakan modal untuk promosi wisata,” ujar dia.
Pemprov Aceh pun sedang fokus mengembangkan sektor pariwisata. Berdasarkan data Disbudpar Aceh, sekitar 30.000 tamu mancanegara dan 1,1 juta tamu domestik berkunjung ke Aceh sepanjang 2013. Tahun ini, target jumlah kunjungan tamu mancanegara dan domestik bisa meningkat 15 persen. Berdasarkan pantauan Kompas, setiap kelompok memiliki resep dan cara masing-masing membuat kuah beulangong. Mayoritas yang memasak kuah beulangong adalah laki-laki. Lama memasaknya sekitar 1,5 jam.
Ketua kelompok 1 Kecamatan Kutaalam, Banda Aceh, Ibrahim Hamzah (63), mengatakan, setiap daerah di Aceh memiliki ciri khas masing-masing dalam memasak kuah beulangong. Di pedalaman, banyak yang menggunakan tambahan potongan nangka muda. Di wilayah pesisir, banyak yang menggunakan tambahan potongan buah pisang atau batang pisang. ”Kesemuanya memiliki kesamaan, yakni dimasak di dalam beulangong,” ucapnya.
Anggota tim juri Festival Kuah Beulangong sekaligus Wakil Ketua Majelis Adat Aceh, Aceh Besar, Ayub Yusuf, menuturkan, kuah beulangong biasanya dihidangkan dalam kenduri pesta pernikahan dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
”Kami berharap dengan adanya acara semacam ini bisa melestarikan adat dan budaya, khususnya kuliner Aceh agar tidak punah atau dilupakan masyarakat Aceh,” kata Ayub.
Sementara itu, kamar penginapan di sejumlah kawasan wisata di Banten sudah habis dipesan untuk libur panjang akhir pekan nanti. Libur hari raya Nyepi pada Senin mendatang itu menyebabkan lonjakan okupansi dibandingkan dengan hari biasa yang maksimal 30 persen.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Serang Hardomo, di Serang, Kamis, mengatakan, Anyer adalah kawasan wisata ternama di Kabupaten Serang.
Di Nusa Tenggara Timur, infrastruktur sangat tidak mendukung pariwisata. Kepala Bidang Promosi dan Informasi Dinas Pariwisata NTT Bona Rumat mengatakan, infrastruktur pariwisata dapat dibangun secara bertahap sesuai kebutuhan. *)Kompascom
0 komentar:
Post a Comment