Peninggalan Belanda Yang Terus Kokoh di Tengah Kota
Menara Air (Water Toren) di Banda Aceh. Hak gambar pada SafarManaf. Nokia N70. |
Menara
air ini terletak di tepi jalan Balai Kota, Kelurahan Kampung
Baru, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh, bersebelahan dengan Taman
Sari, tak jauh dari bekas tapak Hotel Aceh di depan Mesjid Raya Baiturrahman, beberapa
ratus meter dari Gunongan. Menara ini adalah peninggalan colonial Belanda. Dalam bahasa Belanda disebut Water Toren. Menurut info dari Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Aceh bangunan ini didirikan pada tahun 1880. Saat
ini sudah tidak berfungsi. Bagian datar bangunan berbentuk bundar dan mempunyai
sebuah pintu yang terbuat dari kayu dan menghadap ke arah barat. Bagian pintu
ini dibuat menonjol dan berbentuk gerbang dengan bentuk limas. Atap bangunan
terbuat dari seng yang berbentuk kubah, pada bagian atas atap terdapat kemuncak
berbentuk segi enam. Pada bagian depan pintu kurang lebih 3m terdapat bak dari
beton yang didalamnya di jumpai instalasi pipa air kurang lebih 2m dari
permukaan tanah.
Bentuknya, mirip dengan menara air di Medan Sumatera Utara dan
Water Toren (menara air) di Magelang, yang juga adalah peninggalan Belanda,
yang menunjukkan keseriusan mereka dalam pengelolaan air. Sekarang bangunan peninggalan
Belanda di Magelang tersebut telah menjadi City Landmark dari kota Magelang.
Wilayah sekitar menara air Banda Aceh ini pernah dipergunakan
oleh beberapa mekanik sebagai tempat usaha, namun pada awal 2012, para mekanik
itu sudah tak terlihat lagi. Masyarakat di sekitar sana Cuma mengenal bangunan
ini dengan nama Menara Air.
Replika Kapal Hang Tuah, Muzium Samudera Melaka, Malaysia. (sumber, klik di sini) |
Karena setiap bangunan mempunyai nilai tersendiri, maka patut
untuk dijaga dengan baik, dengan juga memperhatikan aspek-aspek lain
seperti faktor ancaman terhadap keselamatan manusia dan alam sekitar bangunan
itu, juga, tata ruang kota. Namun, bangunan-bangunan lama seumpama
peninggalan sejarah seperti ini, amat sangat berharga bagi pariwisata, sehingga
disarankan “tata ruang kota” justru memihak pada bangunan-bangunan lama ini. Di
Malaysia, khususnya di Melaka, bangunan-bangunan bersejarah peninggalan masa
lalu tetap tegak bersama dengan modernisme. Di sana, kita masih bisa menjumpai
Gereja Pertama yang dibangun di Asia Tenggara oleh Pemerintahan Belanda yakni Gereja St. Peter (dibangun tahun 1710M), juga replica
kapal Hang Tuah yang berdiri megah di tengah kota sebagai bagian dari Muzium
Samudera. Modernisasi dan sejarah membaur di kota ini, sesuatu yang mampu
membawa orang dari berbagai belahan dunia untuk datang.
Tower PDAM di Taman Sari, tinggal kenangan. (klik di sini untuk sumber gambar) |
Satu bangunan yang menyimpan nilai sejarah juga terletak di kompleks
Taman Sari di Banda Aceh,
yang juga berkaitan dengan perairan adalah Tower PDAM. Menara PDAM itu
dirubuhkan dengan bom pada Selasa (20/3) sekitar pukul 15.45 WIB, dengan
disaksikan RIBUAN warga Kota Banda Aceh. Tower PDAM yang dibangun pada tahun
1981 ini dinilai tidak layak lagi sehingga dikhawatirkan dapat membahayakan,
terlebih lagi setelah mengalami kerusakan akibat musibah gempa bumi dan tsunami
2004. Peledakan tower setinggi 45 meter itu dibiayai badan dunia bidang
pembangunan, UNDP, bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Banda
Aceh. Perubuhan menara ini menghabiskan dana miliaran rupiah.Wali
Kota Banda Aceh Mawardy Nurdin mengatakan, bekas areal tower tersebut akan
dijadikan sebagai perluasan Taman Sari dengan dibangun sebuah tugu tsunami.
"Kita akan jadikan monumen Tsunami, gambarnya sedang kita desain, nanti
akan menjadi bagian taman ini," demikian Mawardy.
0 komentar:
Post a Comment