Visit Aceh - Bagi Anda yang berjiwa petualang, kawasan wisata ini bisa dijadikan
tempat bermanja. Alam nan menawan akan memberi sejuta nuansa surgawi
pegunungan yang menggoda. Tak ada salahnya mencoba menikmatinya di sini.
Adalah Lhok Jawa, sebuah daerah aliran sungai yang mempesona.
Ekosistem Di Ulu Masen |
Lhok Jawa memang belum terlalu dikenal oleh wisatawan domestik di Aceh.
Tetapi, cukup sering didatangi oleh wisatawan manca Negara. Berlokasi di
kaki kawasan ekosistem Ulu Masen, membuat Lhok Jawa nyaris tak
tersentuh tangan jahil manusia. Aliran sungai yang cukup deras, selalu
menggoda untuk menguji nyali dan keahlian berenang atau bahkan arung
jeram kecil-kecilan. Lhok Jawa juga menjadi destinasi rekreasi bagi warga lokal di permukiman
Ligan, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Di sini masyarakat
memanfaatkan kemolekan sungai untuk sekedar mandi, bercengkrama hingga
mengail ikan.
"Di sini dengan mudah kita bisa mendapatkan Ikan Keureuleng, yakni ikan yang memang menjadi ciri khas sungai pantai barat aceh," sebut Hendri, warga Desa Ie Jeureungeh, Ligan.
Menurut Hendri, jika pengunjung terus beranjak ke arah hulu, bisa mendapatkan ikan dengan ukuran besar. "Bisa saja seukuran lengan orang dewasa, dan daging ikan ini memiliki cita rasa yang lezat," katanya.
"Di sini dengan mudah kita bisa mendapatkan Ikan Keureuleng, yakni ikan yang memang menjadi ciri khas sungai pantai barat aceh," sebut Hendri, warga Desa Ie Jeureungeh, Ligan.
Menurut Hendri, jika pengunjung terus beranjak ke arah hulu, bisa mendapatkan ikan dengan ukuran besar. "Bisa saja seukuran lengan orang dewasa, dan daging ikan ini memiliki cita rasa yang lezat," katanya.
Bagi masyarakat di Kabupaten Aceh Jaya, konon Ikan Keureuleng adalah
makanan yang hanya dikonsumsi oleh kaum bangsawan dan raja-raja.
Turun dari tempat pemandian Lhok Jawa, kita bisa menemukan lokasi bangunan pondok yang merupakan pos Conservation Response Unit (CRU) Sarah Deu. Biasanya, di sinilah para wistawan menginap dan kemudian bisa berjalan menikmati kemolekan hutan di kawasan kaki Pegunungan Ulu Masen.
Pos CRU ini adalah pos konservasi gajah. Tak heran jika kita kemudian akan menemukan lima ekor gajah jinak di pos ini. Selain menjaga keseimbangan hutan, gajah-gajah jinak ini juga bertugas sebagai 'polisi ' jika ada kawasan gajah liar menyambangi kampung dan penduduk di desa-desa di kemukiman Ligan.
"Gajah-gajah jinak ini tidak hanya bekerja mengusir gajah liar di desa-desa yang dekat dengan pos, melainkan juga hampir diseluruh hutan di kawasan Kabupaten Aceh Jaya," jelas Fendra, coordinator CRU sampoiniet yang juga merupakan aktifis lembaga Fauna Flora Internasional (FFI) Indonesia.
Sarah Deu sendiri awalnya memang merupakan 'medan perang' antara manusia dan gajah yang paling kesohor.
"Agar damai tercipta, kita jadikan tempat ini sebagai lahan konservasi, untuk meminimalkan konflik, dan dalam perjalanannya hingga kini, terus dikembangkan menjadi destinasi wisata alam," jelas Fendra.
Dari area menyeramkan, Sarah Deu disulap menjadi kawasan menyenangkan. Kawasan Sarah Deu juga difungsikan sebagai 'taman belajar'.
"Kawasan ini juga menjadi kawasan edukasi bagi warga untuk menjaga lingkungannya," kata Fendra.
Jangan khawatir, bagi Anda yang memang senang berjalan-jalan menikmati suasana hutan, pasukan gajah-gajah di Sarah Deu ini, juga bersedia mengantar para wisatawan untuk mengitari hutan.
"Track yang disediakan adalah track menuju kawasan Rangkoh. Biasanya para wisatwan bisa mengitari hutan dengan menunggangi gajah selama hingga 2 jam, pemandangan pohon-pohon besar dan aneka tumbuhan langka bisa ditemui di rute ini," ujar Muhadi, asisten mahout di Sarah Deu.
Aksi jalan-jalan juga bisa diakhiri dengan menginap di hutan. "Tentu ini akan lebih eksotis dan memberi nuansa petualangan yang luar biasa, setelah menginap di hutan, keesokan harinya bisa kembali ke pos dan kemudian menikmati air sungai yang sejuk dan alami," jelas Muhadi.
Fasilitas wisata memang belum dibangun dikawasan ini. Tujuannya, agar lokasi ini terus terjaga secara alami dan para wisatawan bisa menikmati alam yang benar-benar belum tersentuh.
"Hampir setiap bulan banyak tamu yang berkunjung. Kebanyakan adalah orang asing. Ada yang dari Australia, Eropa, dan mereka ingin menikmati hutan, mereka bisa menginap 3 hingga 4 hari ditempat ini," sebut Rizal, seorang pemandu wisata di CRU Sarah Deu.
Selain Rangkoh, rute lainnya yang juga bisa dinikmati oleh para wisatawan adalah rute air terjun SP V. Bedanya, kalau berwisata melalui rute ini, para wisatawan tidak menggunakan gajah, melainkan menggunakan sepeda motor 2 tak, yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Kreung Ulu Masen |
"Rute ini akan berakhir dilokasi air terjun SP V, dan dipastikan setelah tiba dilokasi air terjun semua rasa penat yang dirasakan selama berjalan kaki sebelumnya akan hilang dengan seketika," jelas Rizal.
Menuju kawasan Sarah Deu dan Lhok Jawa ini memang gampang-gampang susah. Lokasi ini bisa dijangkau dengan angkutan umum jenis minibus L-300. Sebagian besar pengunjung selalu menggunakan kendaraan sewaan untuk datang ke sini.
Lokasi wisata ini berjarak lebih dari 100 kilometer ke arah barat dari pusat Kota Banda Aceh. Menempuh waktu perjalanan lebih kurang selama 2 jam, Anda akan menempuh perjalanan tidak akan membosankan karena di sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan pegunungan yang berbatas laut biru nan mempesona. Ingin menguji adrenalin dengan menyusuri hutan bersama hewan bertubuh tambun, silakan berkunjung ke Sarah Deu-Lhok Jawa, Sampoiniet, Aceh Jaya.
0 komentar:
Post a Comment