Kawasan Sunway Mentari, Selangor, Kuala Lumpur |
Kuala Lumpur - Bertemu warga Aceh di Kuala Lumpur, Malaysia, rasa
keakraban dan kekeluargaan sangat jelas terlihat. Apalagi, warga Aceh
itu sudah lama tinggal di Malaysia untuk bekerja, sehingga ingin
mengetahui perkembangan Aceh pasca damai RI-GAM 15 Agustus 2005 lalu.
Ketika kami berkunjung ke Kawasan Bandar Sunway, Mentari, Malaysia,
tampak sejumlah warga Aceh sedang bekerja menjual barang-barang
kelontong di rumah toko (ruko) dan dikedai serta menjadi tukang pangkas
bahkan pekerja pabrik. Mereka semua berasal Aceh Utara, Lhokseumawe,
Bireuen dan Sigli.
Awalnya, Kami tidak mengetahui jika tiga warga itu dari Aceh. Namun
wartawan koran ini tampak tidak asing saat berada di ruko tempat mereka
menjual barang-barang kelontong. Lalu mereka menanyakan berasal dari
mana cek, kami menjawab asal Aceh.
Kemudian, tiga warga itu mengatakan, bahwa mereka juga berasal dari Aceh
sehingga kami pun berbahasa Aceh sesama warga tersebut. Mereka
menyambut tamunya dan menawarkan air minum saat berada di ruko tempat
berdagangnya. Rasa keakraban dan keluargaan pun sangat jelas terlihat,
seperti sudah lama tidak berjumpa, padahal baru sehari bertemu mereka.
Yang menjadi pertanyaan pertama warga Aceh itu, kepada kami adalah
bagaimana keadaan Aceh saat ini. Lalu Rakyat Aceh, mengatakan, Aceh
sudah aman, damai dan tidak ada kontak senjata lagi serta sudah banyak
kemajuan dari sektor pembangunan di Aceh. Dan mereka juga berharap,
masyarakat Aceh harus dapat mempertahankan perdamaian yang sudah
tercapai itu, sehingga tidak terganggu mencari rezeki dan tidak seperti
zaman konflik silam.
“Saya sudah dua tahun berada di Malaysia, awalnya diajak oleh teman
untuk bekerja di Malaysia ditempat jual barang-barang kelontong,” ucap
salah seorang pedagang yang berasal dari Aceh Utara ini.
Kata dia, bekerja di Malaysia lebih enak, walaupun hanya menjual barang
kelontong dan menjadi tukang pangkas. “Uang disini lebih berharga
ketimbang uang rupiah, karena dalam satu ringgit Malaysia itu sekitar Rp
3.000,” ungkapnya, seraya menambahkan, dalam sebulan dia bisa
mengirimkan uang kepada orang tuanya di kampung Aceh Utara, mencapai Rp 2
juta.
Lain halnya yang disampaikan Nur salah seorang ibu rumah tangga asal
Lhokseumawe, yang sudah lama pulang pergi Aceh-Malaysia. Dia bekerja
disalah satu pabrik di sana untuk memenuhi kebutuhan keluarga di Aceh.
Nur mengisahkan, jika bertemu warga Aceh di Malaysia, memang seperti
saudara atau family sendiri, karena sama-sama berada di perantauan.| Atjehcyber
0 komentar:
Post a Comment