Jaman
Kerajaan
Sejarah
Aceh tidak terlepas dari kisah keagungan kerajaan-kerajaan Aceh setelah Islam
masuk ke Aceh. Berdasarkan naskah tua dan catatan-catatan sejarah, Kerajaan
Aceh Darussalam dibangun diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha
yang terlebih dahulu memberikan kisah awal kerajaan di Aceh, seperti:
- Kerajaan Indra Purba
- Kerajaan Indra Purwa
- Kerajaan Indra Patra
- Kerajaan Indra Pura
Aceh atau
yang kini dikenal sebagai Nanggroe Aceh Darussalam memiliki sejarah yang
panjang dan terutama dikaitkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan Islam yang
pernah ada di kawasan tersebut dan memiliki benang merah dengan perang-perang
maupun pemberontakan yang timbul dari perlawanan rakyat Aceh melawan penjajahan
bangsa asing yang kini telah menghasilkan banyak catatan sejarah mengenai Aceh
itu sendiri. Kerajaaan-kerajaan yang berdiri setelah Islam masuk ke Aceh antara
lain;
- Kerajaan Perlak
- Kerajaan Samudera Pasai
- Kerajaan Benua Tamiang
- Kerajaan Pidier
- Kerajaan Lingga dan Isak
- Kerajaan Islam Jaya
- Kerajaan Aceh Darussalam
Perang
Kemerdekaan
Perang
kemerdekaan Aceh menghasilkan pahlawan-pahlawan besar seperti Teuku Umar, Cut
Nyak Dhien, Teungku Chik Di Tiro dan lain lain. Perang berlangsung sampai tahun
1912 ketika pahlawan-pahlawan ini dikalahkan oleh Belanda. Bangsa asing tidak
pernah benar-benar menguasai Aceh. Aceh dikenal sebagai bangsa yang besar.
Dalam gerakan kemerdekaan, Aceh tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan bangsa
Indonesia.
Perang
Pemberontakan
Berbagai
pergolakan atau pemberontakan yang terjadi di Aceh dilatari karena
ketidakpuasan pada pemerintah pusat. Ada kesenjangan antara pusat dan daerah
yang cukup mencolok. Perang menjadi ciri lain sejarah Aceh. Aceh tidak pernah
berhenti berperang, yang terjadi adalah pasang surut perdamaian. Sesekali
damai, tapi jelas perang tak pernah reda. Konsekuensinya adalah Aceh mulai
kehilangan identitas. Perang sangat anti kemapanan, ia merusak seluruh sendi
kehidupan yang telah disusun beabad-abad. Setelah Belanda mendeklarasikan
perang dengan Kesultanan Aceh pada 1873, Aceh secara terus menerus bergolak.
Perang menghadapi Jepang (1942-1945), Perang Cumbok (akhir 1945), pemberontakan
DI-TII (1953-1963), dan yang terakhir pemberontakan GAM (1976-2005). Perang
yang seakan tidak pernah reda ini hampir saja menimbulkan rasa apatis pada
rakyat Aceh terhadap kemungkinan wujudnya perdamaian di Aceh. [Sumber]
0 komentar:
Post a Comment