Inilah satu lagi seni budaya Aceh yang
komunikatif dibalut nilai-nilai religius Islam. Bukan hanya keindahan
pesan moral dan ruhani yang dapat Anda resapi tetapi juga keindahan dan
nilai kebersamaan dari tampilan atraksinya.
Didong Dari Gayo |
Didong memiliki makna ‘dendang’ tetapi dalam kesenian Aceh kata didong
juga merangkum beberapa jenis kesenian masyarakat Gayo lainnya seperti
seni sastra lisan, seni tari dan seni teater. Kesenian tradisional
didong sangat populer dan diminati masyarakat Gayo dimana mereka akan
setia menyaksikannya di hampir setiap malam minggu dari Isya hingga
Subuh.
Didong biasanya dipertontonkan lelaki (ceh) secara berkelompok yang berjumlah sekitar 15 hingga 30 orang meliputi 4 sampai 5 orang adalah ceh dan sisanya adalah penunung. Mereka akan berekspresi dengan bebas sambil duduk bersila atau berdiri mengentak-entakkan kakinya. Para ceh dan penunung
akan melantunkan syair-syair berbahasa Gayo dengan suara merdu sembari
manabuh gendang, bantal atau panci dan bertepuk tangan secara bervariasi
sehingga memunculkan suara dan gerak indah dan menarik.
Syair-syair dalam didong dilantunkan
memadukan seni gerak, sastra dan suara. Penonton akan tersihir dan
hanyut untuk terus mendengar refleksi sosial dan religius dari ceh-ceh
didong tentang pesan sosial yang ada di masyarakat, termasuk hubungan
manusia dengan alam, agar hidup ini dapat disikapi secara bijaksana.
Pesan-pesan ini begitu terasa bersifat humanis dan menyentuh hati
nurani.
Seniman didong umumnya diajari pengetahuan tentang kosmologi alam sebagai bentuk kesadaran mikrokosmos dalam struktur realitas dan pengetahuan kearifal lokal serta kebijaksanaan.
Saat Anda menyaksikan seni didong maka
nikmati perpaduan seni vokal dan seni suara dengan sastra puisi berupa
syair-syair sebagai unsur utamanya. Ada perpaduan kompak antara seni
gerak serta sintak (lagu) serta isi (syair puisi) yang romantis, alami,
dan dinamik.
Untuk menyaksikan didong tidak dipungut
biaya kecuali pertunjukkan ini dikompetisikan atau dipertunjukkan dalam
event-event tertentu sehingga mungkin dikenai biaya.
Transportasi
Biasanya ada penambahan kata ‘gayo’ di depan kata ‘didong’ menjadi ‘Didong Gayo’ dimana sekaligus menegaskan wilayah dan komunitas dimana kesenian tersebut tumbuh, berkembang dan mendapat tempat tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Aceh Tengah sendiri dikenal sebagai lumbung seni dan budaya di Provinsi Aceh.
Untuk menyaksikan kesenian yang sarat pesan moral dan sosial ini maka Takengon,
Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah, adalah tempat paling tepat. Masyarakat
Gayo sendiri adalah salah satu etnik terbesar yang mendiami daerah
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.
Menuju tempat ini Anda dapat menempuh jalur Kota Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam.
Manfaatkan angkutan elf yang khusus ke Takengon dengan tarif sekitar
Rp30.000,- dengan lama perjalanan sekitar 5 jam. Selain dari Kota
Bireun, alternatif menuju Kabupaten Aceh Tengah adalah melalui wilayah
Blang Kejeren dan Kutacane.
0 komentar:
Post a Comment