Dok. Serambi |
BANDA ACEH - Pemerintah Kerajaan Thailand berkomitmen
besar menyelesaikan konflik di wilayah Pattani dan Thailand Selatan yang
sudah berlangsung setengah abad lebih. Bahkan untuk langkah tersebut
Raja Thailand mengirim delegasi khusus guna mencari masukan tentang cara
penyelesaian konflik di Aceh yang dinilai cukup sukses.
Delegasi yang diberinama King Prajadhipok’s Institute of Thailand berada di bawah pimpinan Narong Vangsumitr tiba di Banda Aceh, Selasa (21/2) malam.
Rombongan beranggotakan 28 personil terdiri dari akademisi perguruan tinggi, pengadilan, jaksa, tentara, dan polisi.
Utusan khusus Raja Thailand yang berada di Aceh selama tiga hari, Rabu (22/2) kemarin juga melakukan pertemuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan Pj Gubernur Aceh Ir Tarmizi A Karim.
Pertemuan dengan DPRA berlangsung di ruang badan musyawarah lantai II dipimpin Ketua DPRA, Hasbi Abdullah didampingi Ketua Komisi A, Tgk Adnan Beuransah, Abdullah Saleh, Darmuda, dan belasan anggota dewan lainnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama tiga jam, Adnan Beuransah membeberkan akar persoalan konflik yang terjadi di Aceh.
“Konflik yang terjadi di Aceh karena faktor perhatian pemerintah pusat yang kurang. Padahal Aceh adalah daerah modal bagi bangsa Indonesia saat perebutan kemerdekaan. Artinya rakyat Aceh menuntut keadilan. Itulah kenapa Aceh bergolak,” ujar Adnan yang juga mantan GAM itu.
Sedangkan, Darmuda yang mengakui pernah ke Pattani beberapa tahun lalu menyarankan kepada delegasi Thailand supaya mencari mediator yang dapat dipercaya kedua belah pihak, baik pemberontak maupun pemerintah Thailand.
Karena, katanya, pengalaman penyelesaian konflik di Aceh bisa dilakukan hingga ke meja perundingan setelah ada mediator dari negera lain atau lembaga dunia yang kredibel dan bisa diterima kedua belah pihak.
“Kalau tidak ada mediator asing akan sulit menyelesaikan konflik di Thailand Selatan,” ujar Darmuda. (serambinews)
Delegasi yang diberinama King Prajadhipok’s Institute of Thailand berada di bawah pimpinan Narong Vangsumitr tiba di Banda Aceh, Selasa (21/2) malam.
Rombongan beranggotakan 28 personil terdiri dari akademisi perguruan tinggi, pengadilan, jaksa, tentara, dan polisi.
Utusan khusus Raja Thailand yang berada di Aceh selama tiga hari, Rabu (22/2) kemarin juga melakukan pertemuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan Pj Gubernur Aceh Ir Tarmizi A Karim.
Pertemuan dengan DPRA berlangsung di ruang badan musyawarah lantai II dipimpin Ketua DPRA, Hasbi Abdullah didampingi Ketua Komisi A, Tgk Adnan Beuransah, Abdullah Saleh, Darmuda, dan belasan anggota dewan lainnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama tiga jam, Adnan Beuransah membeberkan akar persoalan konflik yang terjadi di Aceh.
“Konflik yang terjadi di Aceh karena faktor perhatian pemerintah pusat yang kurang. Padahal Aceh adalah daerah modal bagi bangsa Indonesia saat perebutan kemerdekaan. Artinya rakyat Aceh menuntut keadilan. Itulah kenapa Aceh bergolak,” ujar Adnan yang juga mantan GAM itu.
Sedangkan, Darmuda yang mengakui pernah ke Pattani beberapa tahun lalu menyarankan kepada delegasi Thailand supaya mencari mediator yang dapat dipercaya kedua belah pihak, baik pemberontak maupun pemerintah Thailand.
Karena, katanya, pengalaman penyelesaian konflik di Aceh bisa dilakukan hingga ke meja perundingan setelah ada mediator dari negera lain atau lembaga dunia yang kredibel dan bisa diterima kedua belah pihak.
“Kalau tidak ada mediator asing akan sulit menyelesaikan konflik di Thailand Selatan,” ujar Darmuda. (serambinews)
0 komentar:
Post a Comment