Headlines News :
Home » » Memanjakan Lidah di Aceh Ada Roti Cane di Balik Telur

Memanjakan Lidah di Aceh Ada Roti Cane di Balik Telur

Written By Unknown on Tuesday, November 20, 2012 | 8:36:00 PM

Martabak Aceh
Bentuknya lebih mirip telur dadar ketimbang martabak telur yang selama ini kita jumpai. Tapi soal rasa, Anda bersiaplah dikejutkan dengan cita rasa baru yang membuat Anda keranjingan.

Berbeda dengan martabak telur yang umumnya dijumpai di tanah Jawa. Martabak Aceh tidak memiliki kulit. Telur langsung diaduk dengan bahan-bahan dasar  yang terdiri rajangan daun kol, bawang bombai, daun bok (daun bawang khas Aceh), dan cabe rawit. Semua bahan dikocok dengan telur, dipadu dengan garam dan merica. Daging cincang? Maaf, di martabak Aceh, bahan ini tak ada.

Proses pemasakan dilakukan dengan wajan datar seperti mahfumnya martabak. Bedanya lagi, disini tidak menggunakan minyak samin. Tetapi margarin dalam jumlah berlimpah. Sebelum telur kocok mulai di dadar, terlebih dahulu roti cane di panaskan di mentega yang meleleh. Saat roti mulai berubah warna, barulah adonan telur di tuangkan. Di sinilah seni memasak martabek Aceh terlihat.
Sungguh tak gampang membuat dadar telor persegi empat dengan roti cane tersembunyi di tengahnya. Butuh jam terbang tinggi untuk dapat melakukannya. Alih-alih membentuk persegi panjang, jika tak pintar mengolah, yang didapat justru telur dadar sungguhan yang mbeleber kemana-mana. Rahasia membuat martabak Aceh adalah mengetahui waktu yang tepat untuk membalik gorengan telur. Saat bagian bawah martabak mulai setengah matang, telur yang masih mentah diarah ke tengah dengan bantuan sodet. Hal ini dilakukan selain untuk meratakan bentuk persegi juga menggiring roti cane agar terangkat ke tengah martabak. Tehnik memasak yang elok bukan?

Seorang juru masak martabak Aceh yang mahir akan mampu memasak 8 order sekaligus dalam satu wajan. Jika per adonan rata-rata menggunakan bahan 3 telur dan 2 roti cane. Coba hitung berapa banyak telur dan roti cane yang dibutuhkan untuk memasak dalam satu waktu? La kok jadi tebakan soal matematika begini. Bukan, bukan itu yang kami maksudkan. Bayangkan berapa besar martabak yang akan dibuat dan seribet apa sang juru masak saat memastikan telur nya tak mengalir kemana-mana. Di sinilah seni memasak Aceh itu bakal jadi tontonan tersendiri.

Martabak Aceh disajikan dengan pacri bawang merah, cabe rawit dan mentimun. Soal rasa, kami harus sedikit kecewa karena lebih dominan rasa margarin dan telur dadar. Maklumlah lidah karnivora yang terbiasa memamah daging jadi merasa kehilangan jati diri martabak yang sesungguhnya. Namun kekecewaan kami terobati oleh spektrum rasa baru yang unik dari martabak Aceh. Saat kami mulai merangsek martabak ke bagian tengah. Kombinasi roti cane dan dadar telur menciptakan sensasi rasa yang nglangeni (membuat kecanduan-red). Kombinasi rasa khas roti cane yang gurih manis dengan sensasi tebal berpadu dengan dadar  telur yang moist.  Di sinilah cita rasa unik itu muncul. Anda akan di buat termehek-mehek untuk memastikan roti cane tak keburu habis sebelum martabak aceh. Lidah akan dipaksa merindu dendam tebal membal roti cane, pikiran Anda akan mengontrol tangan untuk senantiasa mengulik dimana potongan roti cane berikutnya dijumpai.

Di sinilah rupanya seni menikmati martabak aceh itu ada. Jangan melakukan kesalahan  sama dengan yang kami lakukan. Menikmati martabak aceh justru paling menyenangkan saat dimulai dari bagian tengah. Potong martabak seukuran one bite. Taruh pacri diatasnya, jika suka pedas tambahkan potongan cabe rawit, baru Anda nikmati. Rasanya dijamin bakal berbeda. Dominasi mentega bakal larut tersapu oleh asam dari cuka pacri. Dadar telur yang lembut akan menjadi lebih tasty saat pacri bawang merah yang menyengat di lumat bersama potongan mentimun, rasanya akan jadi lebih fantastis jika potongan cabe rawit tergigit dan pedasnya mengalir di lidah.

Ternyata menikmati martabak Aceh butuh tehnik tersendiri. Tanpa itu, ia tak lebih dari sebuah dadar telur biasa yang berbentuk persegi. Sesuatu yang istimewa memang selalu butuh perlakuan yang istimewa pula. (Taufiq-Wahid/Detik)
Share this article :

0 komentar:

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Visit Aceh - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Fuad Heriansyah
Copyright ©