Seumeulu Island |
Mengapa penduduk Simeulue, yang letaknya hanya sekitar 40 km dari pusat gempa masih bisa bertahan? Misteri apa tersimpan di balik peristiwa tersebut?
Kisah istimewa ini berasal dari peristiwa sejarah Pulau Simeulue yang pernah terjadi tahun 1907. Waktu itu terjadi gempa hebat yang menenggelamkan seluruh penghuni pulau. Konon, hampir semua penduduk di pulau ini meninggal tersapu ombak. Pelajaran itu terus didengungkan. Masyarakat Simeulue yang jumlahnya sekitar 65 ribu jiwa itu masih ingat betul pada peristiwa tersebut.
Jika terjadi gempa hebat, lihatlah permukaan laut. Bila air laut surut jauh, berarti akan ada air bah datang. Sebaliknya, jika surutnya permukaan laut sedikit saja, berarti gelombang yang datang juga tak seberapa. Ahad itu, setelah dataran berguncang dahsyat, beberapa orang pergi melihat garis pantai. Ternyata air surut hingga berpuluh meter. Maka, mereka mengingatkan semua warga pantai untuk naik ke dataran yang tinggi. Warga hanya diminta berlari ke dataran tinggi, tanpa diberi kabar bahwa tsunami besar akan datang.
Rumah-rumah diketuk. Situasi menjadi amat ramai karena semua berteriak untuk mengingatkan keluarga, sahabat, dan tetangga. Benar perkiraan mereka. Air bah menggulung semua bangunan di tepi pantai. Masyarakat Simeulue menyaksikan dari dataran tinggi bahwa rumah mereka tersapu gelombang.
Dari 65 ribu jiwa, hanya 6 orang yang meninggal. Enam memang tak bisa dibilang sedikit. Satu nyawa hilang karena bencana adalah tragedi. Tapi, dibanding dengan jumlah penduduk di pantai barat Aceh yang mencapai ratusan ribu, enam sepertinya menjadi angka yang kecil. [Republika]
Diambil dari: Milis Daarut Tauhid
Foto: Simeulue Adventure
Kisah istimewa ini berasal dari peristiwa sejarah Pulau Simeulue yang pernah terjadi tahun 1907. Waktu itu terjadi gempa hebat yang menenggelamkan seluruh penghuni pulau. Konon, hampir semua penduduk di pulau ini meninggal tersapu ombak. Pelajaran itu terus didengungkan. Masyarakat Simeulue yang jumlahnya sekitar 65 ribu jiwa itu masih ingat betul pada peristiwa tersebut.
Jika terjadi gempa hebat, lihatlah permukaan laut. Bila air laut surut jauh, berarti akan ada air bah datang. Sebaliknya, jika surutnya permukaan laut sedikit saja, berarti gelombang yang datang juga tak seberapa. Ahad itu, setelah dataran berguncang dahsyat, beberapa orang pergi melihat garis pantai. Ternyata air surut hingga berpuluh meter. Maka, mereka mengingatkan semua warga pantai untuk naik ke dataran yang tinggi. Warga hanya diminta berlari ke dataran tinggi, tanpa diberi kabar bahwa tsunami besar akan datang.
Rumah-rumah diketuk. Situasi menjadi amat ramai karena semua berteriak untuk mengingatkan keluarga, sahabat, dan tetangga. Benar perkiraan mereka. Air bah menggulung semua bangunan di tepi pantai. Masyarakat Simeulue menyaksikan dari dataran tinggi bahwa rumah mereka tersapu gelombang.
Dari 65 ribu jiwa, hanya 6 orang yang meninggal. Enam memang tak bisa dibilang sedikit. Satu nyawa hilang karena bencana adalah tragedi. Tapi, dibanding dengan jumlah penduduk di pantai barat Aceh yang mencapai ratusan ribu, enam sepertinya menjadi angka yang kecil. [Republika]
Diambil dari: Milis Daarut Tauhid
Foto: Simeulue Adventure
0 komentar:
Post a Comment