BANDA ACEH - Walikota Banda Aceh, Mawardy Nurdin mengatakan sedikitnya dibutuhkan dana Rp50 milyar untuk melakukan pembersihan Krueng Aceh sebagai salah satu alternatif transportasi air yang dapat digunakan untuk pariwisata.
"Kita sudah pernah hitung, dan dana yang dibutuhkan tidak sedikit, sekitar Rp50 milyar," katanya kepada Bisnis Aceh hari ini, Minggu.
Ia menjelaskan, saat ini kondisi Krueng Aceh masih banyak dipenuhi oleh sampah sisa Tsunami, baik bangkai kapal, mobil dan sebainya.
"Itulah sebabnya mengapa Krueng Aceh belum bisa kita pergunakan untuk tranportasi wisata air," tukasnya.
Pada periode 2007-2012, Saya sudah berulang kali meminta kepada Pemerintah Provinsi, agar dana untuk pembersihan Krueng Aceh dapat dianggarkan melalui APBA.
"Namun hingga saat ini hal itu belum dapat direalisasikan," sebutnya.
Ia melanjutkan, jika dana pembersihan Krueng Aceh memakai dana APBK Kota Banda Aceh, itu sesuatu hal yang tidak mungkin.
"Pemko tidak punya uang sebesar itu untuk pembersihan," tukasnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga sudah berulang kali meminta bantuan pusat terkait dana pembersihan Krueng Aceh, namun pusat menegaskan bahwa Krueng Aceh adalah tanggung jawab provinsi.
"Kita berharap, dengan kepemimpinan Gubernur Aceh yang baru saat ini, hal ini dapat segera direalisasikan, dan saya akan terus memintakan hal ini kepada pihak provinsi, agar dapat menyediakan dana untuk pembersihan Krueng Aceh," tandasnya.
Krueng Aceh merupakan salah satu sungai yang terletak di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sungai ini berhulu di Cot Seukek Kabupaten Aceh Besar dan bermuara di desa Lampulo Kota Banda Aceh. Sungai ini panjangnya lebih kurang 145 km.
Krueng Aceh mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat kota Banda Aceh, diantaranya digunakan sebagai sarana air minum (PDAM), sarana transportasi air dan irigasi. Selain itu juga dipergunakan sebagai sandaran kapal-kapal nelayan yang berada di sekitar badan sungai.
Tsunamy yang melanda Aceh pada 2004 telah menyebabkan sungai ini tercemar oleh berbagai sampah non organik,seperti bangkai mobil, truk, kapal dan lain-lain. [bisnisaceh]
"Kita sudah pernah hitung, dan dana yang dibutuhkan tidak sedikit, sekitar Rp50 milyar," katanya kepada Bisnis Aceh hari ini, Minggu.
Ia menjelaskan, saat ini kondisi Krueng Aceh masih banyak dipenuhi oleh sampah sisa Tsunami, baik bangkai kapal, mobil dan sebainya.
"Itulah sebabnya mengapa Krueng Aceh belum bisa kita pergunakan untuk tranportasi wisata air," tukasnya.
Pada periode 2007-2012, Saya sudah berulang kali meminta kepada Pemerintah Provinsi, agar dana untuk pembersihan Krueng Aceh dapat dianggarkan melalui APBA.
"Namun hingga saat ini hal itu belum dapat direalisasikan," sebutnya.
Ia melanjutkan, jika dana pembersihan Krueng Aceh memakai dana APBK Kota Banda Aceh, itu sesuatu hal yang tidak mungkin.
"Pemko tidak punya uang sebesar itu untuk pembersihan," tukasnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga sudah berulang kali meminta bantuan pusat terkait dana pembersihan Krueng Aceh, namun pusat menegaskan bahwa Krueng Aceh adalah tanggung jawab provinsi.
"Kita berharap, dengan kepemimpinan Gubernur Aceh yang baru saat ini, hal ini dapat segera direalisasikan, dan saya akan terus memintakan hal ini kepada pihak provinsi, agar dapat menyediakan dana untuk pembersihan Krueng Aceh," tandasnya.
Krueng Aceh merupakan salah satu sungai yang terletak di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sungai ini berhulu di Cot Seukek Kabupaten Aceh Besar dan bermuara di desa Lampulo Kota Banda Aceh. Sungai ini panjangnya lebih kurang 145 km.
Krueng Aceh mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat kota Banda Aceh, diantaranya digunakan sebagai sarana air minum (PDAM), sarana transportasi air dan irigasi. Selain itu juga dipergunakan sebagai sandaran kapal-kapal nelayan yang berada di sekitar badan sungai.
Tsunamy yang melanda Aceh pada 2004 telah menyebabkan sungai ini tercemar oleh berbagai sampah non organik,seperti bangkai mobil, truk, kapal dan lain-lain. [bisnisaceh]
0 komentar:
Post a Comment