Headlines News :
Home » » Teungku Ilyas Leubee

Teungku Ilyas Leubee

Written By Unknown on Saturday, November 24, 2012 | 3:26:00 AM



Tgk Ilyas Leubee merupakan salah satu putra terbaik Gayo dalam sepanjang sejarah perjalanan Gayo. Dan beliau merupakan ulama kharismatik terakhir di Tanoh Gayo. Sampai hari belum ada sosok pengganti se-kharismatik beliau yang mampu memotivasi masyarakat dalam berjuang menegakkan yang makruf dan melawan kemungkaran. Beliau merupakan sosok pribadi yang memegang teguh prinsip “amar makruf nahi munkar” dan istiqomah berjuang di jalan Allah SWT. Beliau senantiasa berjuang dalam membela kebenaran dan keadilan sebagai salah satu prinsip yang selalu beliau pegang teguh sampai akhir hayatnya. Sejarah kurang mencatat peran dan sumbangsih nyatanya dalam membela eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia di awal-awal berdirinya Republik tersebut. Sejarah kurang mencatat bagaimana keperwiraan beliau dalam berjuang melawan penjajah Belanda di Seantero Aceh, Tanoh Gayo, Tanah Karo, Medan Area, dan Batavia. Memang benar bahwa “sejarah selalu ditulis oleh pihak yang menang” tetapi walaupun demikian jangan sampai dengan slogan tersebut kebenaran-kebenaran yang nyata dinafikan begitu saja keberadaannya. Bangsa dan Negara yang besar adalah bangsa dan Negara yang selalu menghargai dan mengenang jasa-jasa para pahlawannya. Benar kata orang bahwa “Sejuta kebaikan yang dibuat tidak akan dikenang tetapi satu kesalahan yang dibuat maka orang akan mengenangnya sepanjang masa”.

Jika dilihat dari sudut pandang pemerintah Indonesia, Tgk Ilyas Leubee dicap sebagai “pemberontak” karena dianggap mendukung dan bahkan menjadi bagian dari perjuangan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang menginginkan berdirinya sebuah Negara Indonesia yang berasaskan Islam. dan kemudian berlanjut dengan dukungannya terhadap Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dukungan yang diberikan beliau terhadap gerakan bersenjata yang dimotori oleh Tgk Hasan Di tiro tidak tanggung-tanggung di mana beliau tercatat sebagai salah satu tokoh kunci sekaligus deklarator gerakan tersebut dan menduduki posisi penting dalam struktur organisasi kemerdekaan pada masa-masa awal pembentukannya. Tetapi dibalik itu semua, Tgk Ilyas Leubee merupakan sosok ulama yang berpendirian teguh dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar Islam. Beliau banyak melakukan dakwah-dakwah islamiyah dalam rangka mempertegas kehadiran Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alaamin di semenanjung Aceh, Gayo dan Tanah Karo.

Dukungan yang beliau berikan kepada gerakan tersebut harus dilihat dari sudut pandang yang objektif di mana hal itu merupakan puncak kulminasi dari semua ketidakadilan yang beliau rasakan terhadap Gayo dan Aceh secara keseluruhan. Ketidakdilan tersebut salah satunya dimulai dari penggabungan Aceh ke dalam propinsi Sumatra Utara pada awal-awal Indonesi merdeka oleh Soekarno sehingga hal tersebut sangat “melukai” hati para ulama dan rakyat Aceh pada waktu itu. Ditambah lagi dengan dijadikannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan menafikan Islam sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Berbagai ketimpangan dan penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno diartikan oleh para ulama Aceh sebagai salah satu bentuk “pengkhianatan” terhadap Islam dan dukungan penuh yang mereka berikan dalam mengusir penjajah Belanda di berbagai peperangan, seperti pertempuran Tanah Karo, pertempuran Medan Area, Batavia dan ratusan pertempuran-pertempuran lainnya yang beliau pimpin.

Kecintaan Tgk Ilyas Leubee kepada Islam dan lahirnya kemuliaan bagi rakyat Gayo mendorongya untuk maju ke medan peperangan dari satu peperangan ke peperangan yang lain. Seolah-olah tiada waktu istirahat bagi beliau dalam memperjuangkan kebenaran dan kemuliaan di muka bumi Allah SWT yang mulia ini. Rasa cinta terhadap islam itulah yang menjadikan beliau mempunyai prinsip, jiwa dan semangat juang yang kokoh dan tidak luntur dengan gemerlapnya kehidupan dunia. Hal ini terbukti dengan tidak adanya warisan harta berupa uang milyaran rupiah di dalam rekening bank Swiss ataupun rekening-rekening bank lainnya yang diberikannya kepada anak-anaknya padahal kalau tujuannya mencari harta dan kesenangan duniawi maka dengan posisi beliau yang begitu berpengaruh pada awal masa kemerdekaan Indonesia di mana beliau tercatat sebagai salah satu Panglima Komando Resimen III Laut Tawar yang membawahi seantero tanah Gayo ditambah lagi dengan pengaruhnya yang begitu luas di Aceh maka akan sangat mudah bagi beliau untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya terutama berbagai macam harta dan properti peninggalan Belanda berupa perkebunan-perkebunan kopi, karet, kelapa sawit dan lain-lainnya. Tetapi itu semua tidak beliau lakukan, karena beliau berprinsip bahwa perjuangan yang dilakukan dengan hati dan niat yang tulus maka Allah SWT akan membalasnya dengan ganjaran yang setimpal di yaumil makhsyar kelak.

Labelisasi politik yang bersifat negatif yang telah dicapkan sedemikian lamanya oleh pemerintah Republik Indonesia kepada beliau harus segera diakhiri, ibarat kata pepatah “air susu dibalas dengan air tuba”. Hati dan niat beliau yang putih dan bersih dalam membela agama Islam dan berjuang tanpa kenal takut dan menyerah dalam melawan para serdadu Belanda sehingga menghantarkan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 ternyata tidak dihargai sedikitpun oleh pemerintah Indonesia sampai hari ini. Kalau mau jujur, dalam suasana dan semangat perdamaian Aceh (MoU Helsinki), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden RI seharusnya wajib menyampaikan permohonan maafnya atas nama bangsa dan negara Indonesia kepada keluarga beliau atas ketidakdilan yang telah dialami oleh beliau selama ini dan memulihkan nama baik beliau secara resmi dihadapan publik. Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada Agustus, 2005 yang lalu, diartikan sebagai penandatangan kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak dan menandai berakhirnya konflik bersenjata di Aceh yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Dengan adanya kesepakatan perdamaian tersebut maka semua kehidupan di Aceh diharapkan kembali seperti sedia kala sebelum meletusnya pergolakan bersenjata tersebut. Hal ini seharusnya diikuti oleh pemulihan nama baik Tgk Ilyas Leubee (dari sudut pandang Pemerintah Indonesia) demi terciptanya sebuah kepercayaan (trust) diantara masing-masing pihak.

Tanoh Gayo butuh ratusan bahkan ribuan generasi muda yang punya semangat juang tinggi, tidak kenal menyerah, dan istiqomah seperti yang telah ditunjukkan oleh Tgk Ilyas Leubee. Untuk menyahuti ide tersebut perlu digagas sebuah institusi pendidikan tinggi yang dapat mencetak generasi-generasi muda Gayo menjadi pribadi-pribadi yang beriman, berilmu dan beramal shaleh. Seorang pribadi yang sempurna menurut ukuran dan pandangan manusia (walaupun sebenarnya kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanu Wata’ala semata) adalah pribadi-pribadi yang mampu dan berhasil mensinergikan dan menyatukan kekuatan iman yang dimilikinya, keunggulan ilmu yang ditekuninya dan amal/perbuatan nyata yang membawa manfaat bagi masyarakat disekitarnya. Dalam perkembangan ilmu modern, ketiga hal tersebut sering disebut IQ (Intelligence Quotient) , EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient).
 
Pembangunan sebuah universitas yang sama gengsinya dengan Universitas Islam Al-Azhar di Kairo, Mesir di Tanoh Gayo dan kemudian diberi nama dengan Universitas Islam Tengku Ilyas Leubee bukanlah merupakan suatu hal yang berlebih-lebihan. Bahkan hal itu merupakan suatu hal yang wajar sebagai bentuk penghargaan atas segala perjuangan yang telah beliau tunjukkan semasa hidupnya. Dna juga dengan penamaan universitas islam tersebut dengan nama beliau maka diharapkan dapat menjiwai setiap detak jantung dan derap langkah universitas tersebut dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya demi mencetak generasi-generasi muda Gayo yang beriman, berilmu dan beramal shaleh. Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW bahwa untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat haruslah dengan ilmu. Dan Allah SWT menurunkan wahyu-Nya pertama kali ke muka bumi ini adalah ayat “iqra” yang mengandung pengertian “membaca/dalam arti luas “ilmu”. Sehingga kehadiran Universitas Islam Tgk Ilyas Leubee di Tanoh Gayo tidak bisa ditunda-tunda lagi demi pencapaian tujuan bersama rakyat Gayo yaitu tersedianya sumber daya manusia yang beriman, berilmu dan beramal shaleh di seantero Tanoh Gayo dalam rangka mewujudkan masyarakat Gayo yang Baldatun Toyyibatun Warrabun Ghafur. [Sumber]
Share this article :

0 komentar:

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Visit Aceh - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Fuad Heriansyah
Copyright ©