Menurut
cerita dahulu, sewaktu Kerajaan Melayu Raya diserang oleh Sriwijaya,
terjadi pengungsian besar-besaran, banyak orang melayu yang mengungsi,
diantaranya ada yg ke pesisir sumatera timur menyusuri ke barat Ke Teluk
Aru, Pulau Kampai dan ke serang Jaya.
Di
tempat terakhir ini, pernah berdiri suatu Bandar Jaya,suatu Pelabuhan
Besar yang menghubungkan Perdagangan dengan Malaka-Siam (Thailand) dll.
Di Puncak kejayaannya, Bandar ini di serang oleh Rajendra Chola abad ke
11 (1024) dari kerajaan Chola Mandala tepatnya India Bagian Selatan.
Di
mana Bandar jaya hancur lebur Karena pertempuran yang sangat Dasyat,
hingga terjadi pengungsian besar – besaran dari seluruh Penduduk yang
telah memiliki budaya yg tinggi itu, harus mengungsi ke pedalaman tempat
di sungai simpang kanan, bermukimlah suatu rombongan pengungsian yang
terbesar yg dikomandoi oleh pemimpin-pemimpin suku yg berasal dari
Bandar Jaya, maka dibangunlah bandar yang baru yang diberi nama BANDAR
BUKIT KARANG, berdirinya di sekitar pertengahan abad ke 11. Dengan Raja
Potala (1256 – 1278).
Hingga
tahun 1330, Tamiang bukan merupakan suatu Kerajaan Islam, dan tamiang
menjadi suatu kerajaan islam setelah Bukit Karang ditaklukan oleh
Kerajaan Samudera (Aceh). Tamiang mengalami serangan dari Kerajaan
Samudera pada Masa Pemerintahan Raja Dinok. Pada waktu itu kerajaan
samudera di Pimpin Oleh Sultan Malikul Thahir 1297 – 1326. Beriring
Perjalanan waktu dan seiring dengan Perkembangannya, maka terbentuklah
kerajaan Islam di Tamiang, yg pernah mencapai Masa Puncak Kejayaan di
masa Pemerintahan Raja MUDA SEDIA, yang berpusat di ibukota kerajaan di
Benua Raja.
Periode Sebelum Islam Masuk Ke Tamiang
Tan Penoh ;
Memerintah di Bukit Karang antara tahun 1023–1044 M. Beliau berasal
dari turunan suku ganda yang membangun bandar jaya dari kerajaan sarang
Jaya kisaran tahun 990–1023 M. Bukti sejarah ini hasil dari di
temukannya uang logam tiongkok di masa Kaisar Tang (627–649 M) dan
Kaisar Sung (960–971 M). Pada masa pemerintahannya telah tercipta
hubungan dagang dgn kerajaan Cina ketika itu.
Tan Kelat : Periode Peemerintah kisaran tahun 1044–1088 M.
Tan Endah : Periode Pemerintah Kisaran tahun 1088–1122 M.
Tan Bandar : Periode Pemerintah Kisaran tahun 1122–1150 M.
Tan Penok : Periode Pemerintahan Kisaran Tahun 1150–1190 M.
Hingga
Akhir Hayatnya, Tan Penok tidak mempunyai keturunan/putera, untuk
mengantikannya, beliau hanya memiliki anak angkat yg bernama Pucuk
Suluh. Sejak inilah kerajan bukit Karang dinamakan Temiyang, menurut
beberapa pendapat, temiyang diambil arti makna Pucuk suluh, Te-miyang
pucuk suluh dinamakan juga ketika itu RAJA PUTJUK SULUH NEGERI TEMIYANG.
Dan keturunan raja-raja tersebut di namakan suku suluh.
Raja Putjuk Suluh : Periode Pemerintahan kisaran tahun 1190–1256 M.
Raja Pepale (Popala) : Periode Pemerintahan kisaran tahun 1256–1278 M.
Raja Podewangsa : Periode Pemerintahan kisaran tahun 1278-1300 M.
Raja Podinok : Periode Pemerintahan kisaran tahun 1300–1330 M.
Raja
Podinok ini meninggal di Bukit Rata di dalam benteng saat-saat terakhir
dikala Beliau Memimpin langsung Peperangan atas serangan kerajaan
samudera Pase dalam rangka mengembangkan Agama Islam, Raja ini tidak
memiliki Putra Mahkota, maka kedudukannya di gantikan oleh adiknya Raja
Muda Sedia (PO Hiang).
Periode Masuknya Agama Islam
Raja Muda Sedia :
Masa Pemerintahan 1330–1352 M. Di Masa Pemerintahan Raja Muda Sedia,
Kerajaan Tamiang mulai berkembang sebagai suatu kerajaan Islam berpusat
di Kuta Benua, sekarang Kejuran Muda. Dan mengakui secara sah hak datuk- datuk selaku pemimpin Negeri (Kampung).
Dan
lambat laun berubah menjadi Datuk empat suku, di mana salah satu
tugasnya mengangkat & mengesahkan Raja Tamiang. Tata Pemerintahan
kerajaan ditetapkan dengan bentuk Pemerintahan Berbalai (Balai kerajaan
dan Balai empat suku) terdiri atas wakil Empat suku, delapan Kaum, 16
Pancar, dan 36 dengan handai Taulan serta Kerabat. Dari keputusan Balai
Kerajaan di Masa Pemerintahan Beliaulah lahir kata Tuah : Adat diPangku,
jarak di junjung, resam dijalin & Kanun diatur.
Dalam
Menjalankan Roda Pemerintahannya, beliau di dampingin Oleh Mengkubumi
(Muda Sedinu) dengan Seorang Pemuka Agama Yaitu Tu Ampun Tuan yg
berkedudukan di Batu Bedulang. Raja Muda Sedinu dan Tu Ampun Tuan hilang
di dalam Persemediannya di daerah Gunung Senama setelah Kuta Benua di
Bumi Hanguskan, Akibat Peperangan dengan Kerajaan Maja Pahit yg di
Pimpin langsung Oleh Patih GAJAH MADA. Hancurlah kuta benua, lalu Pusat
kerajaan Tamiang oleh Mangkubumi Muda Sedinu dipindahkan ke Pagar Alam
(Kuala Simpang Jernih).
Radja Muda Sedinu : masa Pemerintahan tahun 1352–1369 M.
Radja Po Malad : masa Pemerintahan tahun 1369–1412 M.
Radja Po Kelabu : masa Pemerintahan tahun 1412-1454 M.
Radja Po Kandis : masa Pemerintahan tahun 1454-1483 M.
Radja Po Garang : masa Pemerintahan tahun 1483-1528 M.
Kerajaan Karang Tamiang
0 komentar:
Post a Comment