Pages

Monday, November 12, 2012

'TENGKU CIK DI TIRO'

'(1836-1891)'
 
Nama aslinya adalah 'Muhammad Saman' tetapi beliau lebih dikenal dengan nama Tengku Cik Di Tiro. Dilahirkan di Cumbok-Lamlo, Tiro, Aceh, pada tahun 1836. Mengenai pendidikannya, beliau tidak menjalani pendidikan formal tetapi relajar agama kepada ulama-ulama terkenal di Tiro. Itulah sebabnya mengapa beliau dipanggil dengan sebutan Tengku Cik Di Tiro. Tidak itu saja beliau juga memperdalam ilmu agamanya di Mekkah. Ketika Aceh Besar jatuh di tangan Belanda dan kekuatan Aceh makin melemah, Tengku Cik Di Tiro muncul untuk memimpin perang.

Tengku Cik Di Tiro lebih dikenal dengan angkatan perang sabimya. Karena ketangguhan para pasukannya maka di tahun 1881 benteng Belanda di Indrapura berhasil direbut, kemudian atuh pula benteng Lambaro, Aneuk Galong, dll. Belanda terus didesak dan hanya tinggal bertahan saja di dalam benteng di Banda Aceh.

Merasa kewalahan dengan serangan yang dilakukan oleh pemimpin Aceh, maka Belanda segera mendatangkan bala bantuan dengan perlengkapan perang dalam jumlah besar-besaran. Maka pada tahun 1873 Belanda pun memulai aksi balas dendamnya dengan memerangi Aceh, supaya kerajaan tersebut menjadi daerah kekuasaannya. Pada penyerangan pertama pasukan dari Belanda melakukan aksinya namun dapat digagalkan dan memakan korban bagi pihak Belanda dengan tewasnya pimpinan mereka yaitu Mayor Jenderal Kohler. Kegagalan ini membuat Belanda menjadi geram, akhirnya mereka memperkuat barisan pasukannya dengan tembakan-tembakan meriam dari kapal perang yang berlabuh di pantai. Akhirnya keadaan seperti ini membuat Aceh mulai mundur.

Akhirnya Belanda berhasil mengalahkan Tengku Cik Di Tiro dengan cara menyuruh seorang wanita untuk memasukkan racun ke dalam makanannya. Sehingga beliau menderita sakit dan meninggal dunia di benteng Aneuk Galong pada bulan Januari 1891. Jenazahnya dimakamkan di Indrapura, Aceh. Walaupun Tengku Cik Di Tiro telah meninggal dunia, namun perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda terus dilakukan. Perang terus dilakukan sampai bertahun-tahun lamanya, sampai akhirnya Belanda baru bisa menguasai Aceh pada tahun 1904 dengan Plakat Pendeknya. Kegigihan yang dilakukan oleh Tengku Cik Di Tiro dalam membela bangsa Indonesia membuat pemerintah RI mengangkat beliau sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan pada tanggal 6 Nopember 1973 sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik IndonesiaNo. 087/TK/Tahun 1973. 
 

No comments:

Post a Comment