Headlines News :
Home » » Geliat Banda Aceh Menuju Visit Aceh 2013

Geliat Banda Aceh Menuju Visit Aceh 2013

Written By Unknown on Friday, November 2, 2012 | 8:44:00 AM





Oleh : James P. Pardede

Memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Banda Aceh akhirnya terwujud juga, walau pun dalam rangka tugas kemanusiaan membantu warga Aceh untuk mendapatkan kaki dan tangan pengganti, saya tetap semangat dan merasa bahwa mereka adalah saudara saya yang membutuhkan pertolongan.

Begitu sampai di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, hati kecil saya langsung bersorak kegirangan dan mengabadikan beberapa momen sebelum dijemput oleh panitia lokal di Banda Aceh. Suasana Islami langsung terasa ketika mendarat di bandara ini.

Saat melintasi beberapa ruas jalan di Aceh Besar dan melewati kota Banda Aceh, saya melihat kota yang dijuluki Serambi Mekah ini terus berbenah untuk menjadi kota wisata yang diminati wisatawan lokal dan manca negara. Tak banyak yang bisa saya lukiskan saat pertama kali sampai di kota Banda Aceh, selain waktunya sudah malam hari, keesokan harinya kami harus menyerahkan bantuan dan memasang kaki/tangan pengganti.

Pagi yang cerah, mentari terlihat memancarkan cahayanya menyinari bumi. Panitia lokal mengajak kami untuk menikmati sarapan pagi di kota Banda Aceh. Mobil yang kami tumpangi melaju dari tempat kami menginap di Aceh Besar. Persis di Jalan MR Mohd. Hasan Lampeunurut kami berhenti di Solong Coffee. Beberapa menu yang ditawarkan kami pilih untuk dihidangkan. Ulee Kareng, pulut bakar, pisang goreng coklat, timpan serta mie aceh. Beberapa teman memesan nasi dan lontong. Yang membuat saya selalu ingin balik lagi ke Banda Aceh adalah keanekaragaman kuliner dan wisata sejarahnya.

Selesai sarapan, kami keliling sebentar sebelum melakukan acara bakti sosial di Aceh Besar. Sore hari sampai malam, sehabis acara baksos kami kembali diajak berkeliling kota Banda Aceh. Makan malam di Rex Peunayong (kawasan terbuka di tengah kota) yang sangat ramai dengan pengunjung dari berbagai kalangan. Berbagai sajian kuliner ada di kawasan ini, ada juga penjual souvenir dan oleh-oleh khas dari Banda Aceh.

Pasca gempa dan tsunami tahun 2004 lalu, Banda Aceh terus berbenah dan mulai bergeliat dengan berbagai terobosan. Sebagai salah satu kota Islam tertua di Asia Tenggara, Banda Aceh memiliki obajek-objek wisata andalan yang memiliki daya tarik tersendiri. Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu tujuan utama yang tak bisa dilewatkan kalau sudah menginjakkan kaki di kota ini. Sebagai simbol utama Banda Aceh, masjid ini terletak di sebelah Selatan Sungai Krueng Aceh.

Berada di kawasan masjid raya ini, saya berdecak kagum dengan kemegahan gedungnya yang disinari lampu dan ramai dikunjungi oleh umat Islam yang ingin beribadah atau melakukan kegiatan keagamaan. Menurut catatan sejarah, masjid ini dibangun pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda dan pernah digunakan sebagai markas dan tempat pertahanan bagi pasukan perang Aceh melawan Belanda.

Kedatangan saya menikmati objek-objek wisata Banda Aceh bertepatan dengan suasana liburan sekolah dan jelang bulan suci Ramadhan (Juli 2012). Beranjak dari masjid, saya menuju Taman Sari. Ternyata, di kawasan ini sedang berlangsung acara yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh, bertajuk Banda Aceh Expo 2012.

Acara expo dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Illiza Sa’aduddin Djamal. Selain menampilkan aneka produk hasil kerajinan masyarakat, event ini juga memamerkan bukti-bukti sejarah kejayaan Kota Banda Aceh serta menawarkan paket Wisata Tsunami Track (mengingatkan kembali musibah yang menelan ratusan ribu jiwa di bumi Aceh).

Dalam kesempatan itu, Sa’adduddin mengungkapkan, produk pengusaha lokal harus mampu bersaing dengan produk luar. Sehingga sederas apapun promosi produk luar masuk ke Aceh, tidak akan bisa menguasai pasar lokal.

Produk pengusaha lokal, lanjutnya jika dikemas lebih baik akan mampu bersaing dengan produk luar Aceh dan memiliki peluang besar dalam merebut pasar. Harus diakui, dengan perkembangan jaman seperti sekarang, sulit bagi kita untuk membendung produk-produk luar yang membanjiri pasar Banda Aceh. Selain harganya murah, produk-produk luar juga terkesan lebih menarik bagi kalangan masyarakat.

Sebenarnya, pameran ini menjadi ajang promosi yang sangat menarik, karena mempertemukan produsen dan konsumen secara langsung dan menjadi pembuktian eksistensi pelaku usaha berskala kecil, menengah dan atas. Kepala Disbudpar Kota Banda Aceh, Reza Fahlevi MSi di stand Disbudpar Banda Aceh Expo 2012 menegaskan bahwa event ini menampilkan produk/jasa unggulan kerajinan dan wisata nusantara.

Secara khusus, sambung Reza, untuk tahun ini Disbudpar Aceh menampilkan berbagai bukti-bukti sejarah Aceh dan Kota Banda Aceh sebagai kota pusaka. Pihaknya bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Masyarakat Pecinta Sejarah Aceh, dalam menyajikan bukti-bukti sejarah Aceh.

Beberapa foto sejarah tergantung di dinding stand Disbudpar Aceh termasuk brosur dan paket wisata yang ditawarkan. Selain itu, event ini diharapkan bisa mempromosikan kesenian daerah kepada pengunjung dari luar dan juga bisa mengundang investor untuk menanamkan modalnya di Banda Aceh, sehingga roda perekonomian akan stabil.

Tata Kelola yang Profesional

Berangkat dari porak-porandanya Aceh saat gempa dan tsunami 2004 lalu, saat ini Pemko Banda Aceh perlu melakukan revitalisasi sektor kepariwisataan dalam upaya membangkitkan kembali semangat masyarakat Aceh dalam membenahi banyak hal untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh secara keseluruhan.

Tata kelola yang benar sebagai instrumen manajemen diperlukan dalam sistem pembangunan destinasi pariwisata Aceh. Partisipasi, komitmen, tanggungjawab, rasa memiliki merupakan kunci untuk membangun sinergi, dan konvergensi stakeholder melalui optimalisasi peningkatan peran dan fungsi agar mencapai kesukesan tata kelola destinasi pariwisata.

Kualitas pengalaman wisata dan keberlanjutan destinasi pariwisata ditentukan oleh kompetensi dan kapasitas pengelolaan entitas destinasi pariwisata. Penguatan tata kelola destinasi berbasis keseimbangan dengan muatan dimensi ekonomi, estetika, etika diarahkan untuk terwujudnya pembangunan pariwisata kontekstual berbasis nilai.

Konsep tata kelola destinasi berbasis nilai dipergunakan memecahkan persoalan pelik mengenai sinergi, tanggung jawab, kolaborasi, dan hubungan kemitraan untuk peningkatan ekonomi kreatif, kualitas dan daya saing destinasi. Dari banyaknya paket wisata yang ditawarkan Banda Aceh dalam rangka menyambut Visit Aceh 2013, perlu sinergi yang berkelanjutan dari semua elemen terkait serta tata kelola yang professional.

Di akhir perjalanan menyusuri Banda Aceh pada saat malam hari, penulis berkesempatan untuk melihat keramaian kota dan lalulintas kota yang sudah semakin ramai. Paket Wisata Tsunami Track atau napak tilas peninggalan gempa dan tsunami di Aceh sebenarnya bisa menjadi salah satu paket menarik selain penggabungan paket lainnya seperti keanekaragaman kuliner khas Aceh.

Berbicara tentang masakan khas Aceh yang merupakan perpaduan dari berbagai kebudayaan seperti Arab, India, Siam, Spanyol hingga Belanda. Ayam tangkapnya yang memiliki rasa khas dan ayam berbumbu yang digoreng bersama rempah-rempah beraroma harum sangat menggugah selera. Menikmati masakan khas Aceh sebenarnya tidak terlalu sulit, karena hampir di setiap jalan yang kita lalui pasti ada salah satu tempat yang menyediakan makanan khas Aceh. Tak terasa, penulis menelan air liur karena cerita kuliner khas Aceh yang mengundang selera. Suatu waktu nanti, saya akan datang kembali ke Banda Aceh. Visit Aceh 2013.

* Penulis adalah jurnalis tinggal di Medan
Share this article :

0 komentar:

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Visit Aceh - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Fuad Heriansyah
Copyright ©