Kampung persahabatan Indonesia-Tiongkok yang lebih terkenal dengan Kampung Jacky Chan terletak di di perbukitan Desa Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, sekitar 17 km dari Banda Aceh.
Mengapa
lebih dikenal Kampung Jacky Chan? Padahal, yang membangun pemerintah
Tiongkok? Konon yang mensponsori dan menggalang dananya Jacky Chan.
Tapi, dalam prasasti disebutkan bahwa Kampung Jacky Chan atau Kampung
Persahabatan Indonesia-Tiongkok itu didanai China Charity Federation and
Red Cross Society of China. Dan, pelaksanaan pembangunan dilakukan
langsung oleh kontraktor dari Tiongkok, yakni Synohydro Coorporation
China, yang diresmikan 19 Juli 2007.
Pemerintah Tiongkok membangun 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektare untuk korban tsunami 2004,Pembangunan hunian korban tsunami itu merupakan hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok saat Presiden SBY berkunjung ke negeri itu pada 28 Juli 2005. Kesepakatan itu dilanjutkan oleh donatur masyarakat Tiongkok bekerja sama dengan Kabupaten Aceh Besar. Termasuk dalam hal pemilihan lokasi.
Peletakan batu pertama dilakukan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lian Lik Juan. Pada 19 Juli 2007, kompleks hunian korban tsunami yang menelan dana USD 7 juta (sekitar Rp 65 miliar) itu diresmikan. Pekerjaan senilai USD 7 juta merupakan proyek hibah terbesar Tiongkok di antara daerah yang sama-sama dilanda tsunami.
Nuansa negeri Tiongkok begitu kental saat memasuki gerbang Kampung Jacky chan yang sebenarnya mirip kompleks bungalo, atau vila itu.
Pemerintah Tiongkok membangun 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektare untuk korban tsunami 2004,Pembangunan hunian korban tsunami itu merupakan hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok saat Presiden SBY berkunjung ke negeri itu pada 28 Juli 2005. Kesepakatan itu dilanjutkan oleh donatur masyarakat Tiongkok bekerja sama dengan Kabupaten Aceh Besar. Termasuk dalam hal pemilihan lokasi.
Peletakan batu pertama dilakukan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lian Lik Juan. Pada 19 Juli 2007, kompleks hunian korban tsunami yang menelan dana USD 7 juta (sekitar Rp 65 miliar) itu diresmikan. Pekerjaan senilai USD 7 juta merupakan proyek hibah terbesar Tiongkok di antara daerah yang sama-sama dilanda tsunami.
Nuansa negeri Tiongkok begitu kental saat memasuki gerbang Kampung Jacky chan yang sebenarnya mirip kompleks bungalo, atau vila itu.
Gerbang
masuk perumahan cukup lebar dengan ornamen dibuat layaknya memasuki
pintu atau gerbang bangunan umumnya di Tiongkok atau kompleks Chinatown
di banyak negara. Benar-benar ciri khas Tiongkok. Di sana juga
terpampang tulisan ’’Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok’’ dalam
huruf besar-besar di pintu masuk.
Selain bangunan yang tertata rapi, jalan mulus naik turun mengikuti kontur perbukitan sungguh elok. Rumah bantuan pemerintah Tiongkok itu lebih mirip kompleks perumahan elite di Pulau Jawa umumnya.
Selain bangunan yang tertata rapi, jalan mulus naik turun mengikuti kontur perbukitan sungguh elok. Rumah bantuan pemerintah Tiongkok itu lebih mirip kompleks perumahan elite di Pulau Jawa umumnya.
Tak
heran, pemukiman korban tsunami yang dibangun pemerintah Tiongkok di
perbukitan itu sangat dikenal warga Banda Aceh, Kampung Jacky Chan
sungguh sangat strategis. Selain berada di ketinggian sekira 300 meter,
juga berjarak sekira 1,5 kilometer dari pantai. Posisi itu membuat
kampung itu relatif aman dari tsunami serta memiliki pemandangan yang
elok.Sejauh mata memandang, berada di puncak bukit Desa Neuheun, tempat
perumahan korban tsunami sumbangan pemerintah Tiongkok dibangun,
semuanya tampak indah. Laut, pantai, pelabuhan, permukiman, dan gunung
seakan sambung-menyambung. Panorama dari atas bukit benar-benar
memesona.
Tampak Kota Banda Aceh, ibu ota Provinsi Serambi Makkah, dengan rumah-rumah dan gedung tinggi. Lalu, agak sebelah kanan terlihat Pelabuhan Ulee Lheu yang sempat porak-poranda oleh tsunami tampak mulai bangkit.
Tampak Kota Banda Aceh, ibu ota Provinsi Serambi Makkah, dengan rumah-rumah dan gedung tinggi. Lalu, agak sebelah kanan terlihat Pelabuhan Ulee Lheu yang sempat porak-poranda oleh tsunami tampak mulai bangkit.
Tak
jauh dari perumahan, deretan pantai berpasir putih nan menawan dan
sebelahnya Pelabuhan Malahayati. Jauh nun di sana, sekira 32 kilometer
dari pantai, tampak jelas Pulau Weh dengan Pelabuhan Balohan.Kalau
malam, sorot mobil yang jalan di Pulau Weh tampak dari atas bukit
Perumahan.
Kontur Pulau Weh memang berbukit-bukit. Dari Pelabuhan Balohan yang menjadi pintu masuk kapal penumpang, jalannya terus menanjak ke Sabang, ibuKota Pulau Weh, yang jaraknya sekira 10 km.
Kontur Pulau Weh memang berbukit-bukit. Dari Pelabuhan Balohan yang menjadi pintu masuk kapal penumpang, jalannya terus menanjak ke Sabang, ibuKota Pulau Weh, yang jaraknya sekira 10 km.
Perumahan
Jacky Chan juga dilengkapi sarana ibadah dengan masjid yang besar dan
indah, ada gedung TK, SD, poliklinik, dan sarana bermain. Mulai lapangan
basket, lapangan bola, gedung petemuan, hingga pasar mini. Di setiap
tempat itu terpampang tulisan ’’Bangunan ini sumbangan masyarakat
Tiongkok’’ lengkap dengan huruf China.
Untuk
memenuhi kebutuhan air, semula warga sedikit kesulitan karena lokasinya
berada di ketinggian. Namun, BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi)
Aceh-Nias berhasil membangun sumur bor di wilayah itu hingga bisa
memenuhi kebutuhan penghuni. Listrik pun menyala 24 jam nonstop
Penghuni Kampung Jacky Chan yang merupakan para korban tsunami 26 Desember 2004 terdiri atas beragam latar belakang profesi dan etnis.Nelayan, penarik becak motor (ojek), pedagang, pegawai, maupun wiraswasta, semua ada di sini. Sebagaian dari Aceh, ada keturunan Aceh-Jawa, Tionghoa, dan suku yang lain. Semua hidup rukun dan saling membantu karena merasa senasib.Misalnya, jika ada penghuni lain yang memiliki keperluan mendadak, ada keluarga atau anaknya sakit, dan tidak ada kendaraan, bisa diantar atau meminjam kendaraan penghuni lain.[sumber]
Penghuni Kampung Jacky Chan yang merupakan para korban tsunami 26 Desember 2004 terdiri atas beragam latar belakang profesi dan etnis.Nelayan, penarik becak motor (ojek), pedagang, pegawai, maupun wiraswasta, semua ada di sini. Sebagaian dari Aceh, ada keturunan Aceh-Jawa, Tionghoa, dan suku yang lain. Semua hidup rukun dan saling membantu karena merasa senasib.Misalnya, jika ada penghuni lain yang memiliki keperluan mendadak, ada keluarga atau anaknya sakit, dan tidak ada kendaraan, bisa diantar atau meminjam kendaraan penghuni lain.[sumber]
No comments:
Post a Comment