Pada abad ke-17 bangsa Perancis melakukan ekspedisi ke Aceh, para ahi sejarah berpendapat bahwa ada tiga ekspedisi besar bangsa Perancis ke Aceh. Ekspedisi pertama dipimpin oleh Jenderal Frotte de la Bardeliere; kapalnya, Croissant (400 ton) yang berangkat dari Saint Malo pada tanggal 18 Mei 1601. Setelah mendarat di pulau Sumatra, para pendatang dari Perancis ini menghadap Sultan Aceh ’Ala ad-Din Ri’ayat Syah dan kemudian memperoleh izin untuk untuk berdagang.
Kapal Croissant membeli dan mengangkut rempah-rempah dari Aceh untuk dibawa ke Eropa. Namun malang, kapal ini ditahan di laut pesisir Spanyol oleh kapal-kapal Belanda yang merampas muatannya, kerugian ditaksir mencapai dua juta (21 Mei 1603).
Salah seorang yang selamat dari ekspedisi tersebut, Francois Martin menuliskan perjalanannya "Description du premier voyage que les marchands francais de Saint-Malo, de Vitre et de Laval ont faint aux Indes orientales"(Pemerian perjalanan pertama pedagang-pedagang perancis dari Saint-Malo, Vitre dan Laval ke nusantara) (Paris, 1604).
Ekspedisi kedua bangsa Perancis ke Aceh menggunakan kapal Saint Louis, kapal ini kepunyaan ’Kumpulan kapal Montmorency’ sebuah perusahaan dagang yang mencakup pedagang Perancis dan dari daerah Vlaanderen. Kapal Saint Louis melakukan ekspedisi ke Hindia Timur, pulau-pulau Arab dan Hindia, kerajaan Cina dan Pulau sekitarnya hingga ke Aceh.
Ekspedisi ke tiga bangsa Perancis menuju Aceh dipimpin oleh Augustin de Beaulieu. Ia berangkat dari Honfleur dengan tiga kapal (Montmorency, Esperance dan Hermitage). Setelah mendarat di Aceh, kapal in mengisi muatan dan kembali ke Perancis, namun di perjalanan salah satu kapal dibakar oleh orang Belanda di pelabuhan Batavia dan satu lagi ditangkap bersama muatannya. Kapten ekspedisi (Augustin de Beaulieu) kembali ke Perancis dengan dengan satu kapal saja yang bermuatan lada, dan mencapai Le Havre (Perancis) pada tanggal 1 Desember 1622.
--Okie 07:08, 7 Mei 2011 (UTC)Syauqie
Kapal Croissant membeli dan mengangkut rempah-rempah dari Aceh untuk dibawa ke Eropa. Namun malang, kapal ini ditahan di laut pesisir Spanyol oleh kapal-kapal Belanda yang merampas muatannya, kerugian ditaksir mencapai dua juta (21 Mei 1603).
Salah seorang yang selamat dari ekspedisi tersebut, Francois Martin menuliskan perjalanannya "Description du premier voyage que les marchands francais de Saint-Malo, de Vitre et de Laval ont faint aux Indes orientales"(Pemerian perjalanan pertama pedagang-pedagang perancis dari Saint-Malo, Vitre dan Laval ke nusantara) (Paris, 1604).
Ekspedisi kedua bangsa Perancis ke Aceh menggunakan kapal Saint Louis, kapal ini kepunyaan ’Kumpulan kapal Montmorency’ sebuah perusahaan dagang yang mencakup pedagang Perancis dan dari daerah Vlaanderen. Kapal Saint Louis melakukan ekspedisi ke Hindia Timur, pulau-pulau Arab dan Hindia, kerajaan Cina dan Pulau sekitarnya hingga ke Aceh.
Ekspedisi ke tiga bangsa Perancis menuju Aceh dipimpin oleh Augustin de Beaulieu. Ia berangkat dari Honfleur dengan tiga kapal (Montmorency, Esperance dan Hermitage). Setelah mendarat di Aceh, kapal in mengisi muatan dan kembali ke Perancis, namun di perjalanan salah satu kapal dibakar oleh orang Belanda di pelabuhan Batavia dan satu lagi ditangkap bersama muatannya. Kapten ekspedisi (Augustin de Beaulieu) kembali ke Perancis dengan dengan satu kapal saja yang bermuatan lada, dan mencapai Le Havre (Perancis) pada tanggal 1 Desember 1622.
--Okie 07:08, 7 Mei 2011 (UTC)Syauqie
(Dennys Lombard, "Kerajaan Aceh, Jakarta: KPG, 2006)
No comments:
Post a Comment