Pages

Wednesday, October 17, 2012

Tarian Sufi Aceh Rabbani Wahid Dipopulerkan Melalui Film

Banda Aceh – Komunitas Pecinta Film Dokumenter Aceh akan mengabadikan tarian sufi Aceh bernama Rabbani Wahid dalam bentuk film. Ini dilakukan sebagai upaya melestarikan dan mempopulerkan kembali kearifan lokal.

Berbeda dengan tarian lain, seperti Saman atau Seudati, tarian Rabbani Wahid selama ini kurang populer di masyarakat. Sejak September lalu, para pencinta film dokumentar melakukan riset dalam rangka pembuatan film tarian yang berasal dari Samalanga, Kabupaten Bireun, Aceh, ini.

Azhari, sutradara film tarian Rabbani Wahid mengatakan, hasil kajian tersebut akan difilmkan dengan durasi 15 menit, bercerita tentang perjalanan tarian sufi tersebut. "Mulai dari 1990 yang berasal dari tarian Meugrob, proses transisi tarian Meugrob ke tarian Rabbani Wahid, karena tarian Meugrob dianggap tarian yang sentimentil serta pelaku tarian Sufi lebih dominan dilakukan oleh para masyarakat yang tinggal di daerah pesisir," jelas Azhari, Selasa (16/10/2012).

Menurutnya, film ini mencoba memberikan informasi secara visual mengenai gerakan-gerakan dan syair secara langsung agar masyarakat mengetahu keberadaannya.

Teuku Muhammad Daud Gade (80), pendiri tarian Rabbani Wahid mengatakan bahwa tarian ini merupakan tarian Saman pesisir yang bermakna Tuhan yang satu. Tarian Rabbani ini termasuk tarian beraliran sufi yang mengajarkan tentang tauhid, agama, dan kekompakan melalui gerakan energik.

"Rabbani Wahed ini pada hakikatnya sama dengan Tarian Meugrob (meloncat), tarian yang dilaksanakan pada hari besar Islam, biasanya dilakukan pada malam Hari Raya Idul Fitri, setelah pembagian zakat fitrah," katanya.

Tarian Meugrob sendiri muncul ratusan tahun lalu, dibawakan oleh murid pendiri Tarian Saman, Syekh Muhammad Saman. Namun, tarian ini tidak bisa berkembang lantaran perubahan politik saat perang saudara antara ulama dan ulee balang (hulu balang) pada 1949-an, dan terjadi sentimen negatif antara sesama masyarakat.

Tarian Sufi memiliki lebih dari 30 gerakan dengan mengikuti syair dari tarian Meugrob. Awalnya, hanya bersifat Rateb du’ek (duduk) dan Rateb Deng (berdiri). Tarian Rabbani Wahed Samalanga sudah dinikmati masyarakat luas, seperti Jepang dan Turki.
 

No comments:

Post a Comment